Tak hanya itu, Wiku mengungkapkan, pengurangan mobilitas dapat pula menunda kemunculan puncak kasus selama dua minggu.
"Pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40 persen dapat melandaikan kurva kasus 66 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama empat minggu," sambungnya.
Baca juga: Positif Corona, Koordinator Satgas Covid-19 Bangka Belitung Sempat Kunjungi BNPB
Bahkan, menurut Wiku, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen.
Di samping itu, menurut Wiku, pengurangan mobilitas sebanyak 60 persen juga dapat menunda kemunculan puncak kasus selama empat belas minggu.
Hal itu, kata Wiku, seperti ditunjukkan berdasarkan studi pada 2020 yakni, Stay at Home Works to Fight Again Covid-19 International Evidance from Google Mobility .
Studi itu manyatakan dari 130 negara tercatat ada 1 persen peningkatan masyarakat berdiam di rumah. Meski kecil namun ternyata angka 1 persen ini akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan.
Baca juga: Staf Kena Covid-19, Komisi VIII Gelar Raker dengan BNPB di Ruang Pansus B
"1 persen pengurangan mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum di terminal, stasiun, dan bandara akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan," sambungnya.
Sementara itu, lanjut Wiku, sebanyak 1 persen pengurangan kunjungan masyarakat ke ritel dan tempat rekreasi juga mengurangi 25 kasus dan 3 kematian mingguan.
Lebih lanjut, Wiku menuturkan, apabila terjadi 1 persen kunjungan ke tempat kerja akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian mingguan.
"Bisa dibayangkan berapa banyak nyawa yang bisa dilindungi dan selamatkan dengan pengurangan kunjungan tadi," kata Wiku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.