Komunikasi dengan Sinovac dilaksanakan lebih awal karena ternyata vaksin itu telah digunakan di sana.
Selain itu, dasar penggunaan vaksin Sinovac telah mendapatkan persetujuan dari otoritas kesehatan di China.
Saat ini, BPOM sedang berada di China untuk melakukan sharing data uji klinis fase tiga dengan Sinovac dan terkait penggunaannya di China di Brazil dan beberapa tempat lain.
Menurut Yuri, Sinovac sendiri telah berkomitmen menyediakan 1,5 juta vaksin untuk Indonesia pada November.
Jumlah yang sama juga akan disediakan Sinovac pada Desember.
"Kalau kita lihat karakteristik Sinovac, maka pembeliannya adalah dual dose. Jadi satu orang disuntik dua kali," tutur Yuri.
"Yakni vaksin dasar, lalu 14 hari kemudian booster (penguat). Maka, angka dua kali 1,5 juta ini bisa digunakan oleh 1,5 juta orang," lanjut dia.
Baca juga: Pengembangan Vaksin Merah Putih Tunggu Prototipe dari Lembaga Eijkman, Ditargetkan Awal 2021
Kedua, tim dari pemerintah pun telah bertemu dengan produsen vaksin Sinopharm.
Yuri menyebutkan, Sinopharm ini merupakan BUMN-nya China.
Vaksin Sinopharm juga sudah selesai uji klinis tahap ketiga di beberapa negara, yakni China, Uni Emirat Arab, dan Turki.
"Di China, Sinopharm ini digunakan untuk tenaga kesehatan yang ada di sana. Dan sudah keluar izin dari lembaga yang sama yang kita sebut BPOM-nya China sana," jelas Yuri.
"Kemudian, kita juga mendapatkan informasi bahwa Sinopharm pun sudah diberikan izin oleh otoritas kesehatan di UEA dan mereka mengatakan sudah melakukan uji terhadap kehalalannya," lanjut dia.
Sama halnya dengan Sinovac, saat ini tim dari Kemenag, BPOM, dan MUI sedang berada di China untuk mempelajari data sharing dan kehalalan vaksin Sinopharm.
Baca juga: Ketersediaan Vaksin Lebih Sedikit dari Jumlah Target, Siapa Lebih Dulu Diberikan?
Yuri menyebutkan, Sinopharm juga merupakan tipe vaksin dual dose.
Perusahaan vaksin itu telah berkomitmen mengirimkan 15 juta dosis vaksin Sinopharm untuk Indonesia pada Desember mendatang.