Ia mengatakan, jika vaksin Covid-19 sudah ada, maka kemungkinan tidak akan semua masyarakat Indonesia mendapatkan vaksin tersebut.
Setidaknya hanya 70 persen masyarakat yang ditargetkan untuk mendapatkan vaksin tersebut.
Pembelian vaksin dari luar negeri
Untuk mengatasi masalah kesehatan dan ekonomi nasional, pemerintah telah melakukan finalisasi pembelian vaksin untuk Covid-19 dari tiga perusahaan produsen luar negeri.
Ketiga perusahaan itu telah sepakat menyediakan vaksin untuk Indonesia pada November mendatang. Ketiga produsen itu yakni Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac.
Adapun jumlah vaksin yang disanggupi oleh masing-masing perusahaan beragam, tergantung dari kapasitas produksi dan komitmen kepada pembeli lain.
Baca juga: Kemenkes: Tiga Vaksin yang Dibeli Pemerintah Sudah Lolos Uji Klinis Fase Tiga
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, tiga vaksin itu telah selesai diuji klinis fase ketiga.
Menurut Yuri, Kemenkes bersama Kementerian BUMN, Kemenkomarives, BPOM, Kemenag, MUI dan PT Bio Farma telah menemui ketiga produsen vaksin.
"Tim sudah bertemu produsen-produsen vaksin yang sudah selesaikan uji klinis tahap ketiga dan bahkan vaksin ini telah digunakan di negara asalnya," ujar Yuri dalam jumpa pers daring yang ditayangkan Kompas TV, Senin (19/10/2020).
"Tujuannya sama, yakni ingin memperoleh vaksin yang digunakan secara aman untuk penduduk kita. Aman dalam hal perspekstif manfaat terhadap pencegahan agar menjadi sakit akibat Covid-19," lanjutnya.
Selain itu, dipastikan ketiga vaksin aman dari sisi kehalalannya.
Baca juga: Pemerintah Beli 100 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca untuk 2021
Yuri lantas menjelaskan rincian ketiga jenis vaksin yang dimaksud. Pertama, vaksin yang diproduksi oleh Sinovac.
"Sinovac ini perusahaan vaksin di China yang sudah menyelesaikan uji klinis fase tiga di beberapa tempat. Di Brazil sudah selesai, di China juga sudah selesai," ungkap Yuri.
"Di Indonesia, (uji klinis) akan berakhir Desember ini yang kita ketahui dilakukan di Bandung oleh PT Bio Farma dan Universitas Padjajaran," lanjut dia.
Yuri menyebut, komunikasi dengan Sinovac dilakukan lebih awal karena ternyata vaksin itu telah digunakan di sana.
Selain itu, dasar penggunaan vaksin Sinovac telah mendapatkan persetujuan dari otoritas kesehatan di China.
Saat ini, BPOM sedang berada di China untuk melakukan sharing data uji klinis fase tiga dengan Sinovac dan terkait penggunaannya di China di Brazil dan beberapa tempat lain.
Menurut Yuri, Sinovac sendiri telah berkomitmen menyediakan 1,5 juta vaksin untuk Indonesia pada November.
Jumlah yang sama juga akan disediakan Sinovac pada Desember.
"Kalau kita lihat karakteristik Sinovac, maka pembeliannya adalah dual dose. Jadi satu orang disuntik dua kali," tutur Yuri.
"Yakni Vaksin dasar, lalu 14 hari kemudian booster (penguat). Maka angka dua kali 1,5 juta ini bisa digunakan oleh 1,5 juta orang," lanjut dia.
Baca juga: Vaksin Diprioritaskan bagi Kelompok Berisiko Tinggi Tertular Covid-19
Kedua, tim dari pemerintah pun telah bertemu dengan produsen vaksin Sinopharm. Yuri menyebut, Sinopharm ini merupakan BUMN-nya China.
Vaksin Sinopharm juga sudah selesai uji klinis tahap ketiga di beberapa negara, yakni China, Uni Emirat Arab dan Turki.
"Di China, Sinopharm ini digunakan untuk tenaga kesehatan yang ada di sana. Dan sudah keluar izin dari lembaga yang sama yang kita sebut BPOM-nya China sana," jelas Yuri.
"Kemudian kita juga mendapatkan informasi, bahwa Sinopharm pun sudah diberikan izin oleh otoritas kesehatan di UEA dan mereka mengatakan sudah melakukan uji terhadap kehalalannya," lanjut dia.
Sama halnya dengan Sinovac, saat ini tim dari Kemenag, BPOM dan MUI sedang berada di China untuk mempelajari data dan kehalalan vaksin Sinopharm.
Yuri menyebut, Sinopharm juga merupakan tipe vaksin dual dose.
Perusahaan vaksin itu telah berkomitmen mengirimkan 15 juta dosis vaksin Sinopharm untuk Indonesia pada Desember mendatang.
"Artinya kalau dia penyuntikannya dua kali, maka bisa digunakan buat 7,5 juta orang," kata Yuri.
Baca juga: Satgas Covid-19: Vaksin Diberi ke Orang yang Belum Terinfeksi
Ketiga, pemerintah Indonesia juga menggelar pertemuan dengan produsen vaksin Cansino.
Vaksin ini telah selesai uji klinis tahap ketiga di China, Kanada, Arab Saudi dan beberapa negara lain. Yuri mengungkapkan, selain telah mendapatkan izin dari pemerintah China, vaksin Cansino pun sudah disuntikkan kepada tentara di sana.
Berbeda dengan Sinovac dan Sinopharm, vaksin Cansino merupakan jenis vaksin single dose atau hanya perlu satu kali penyuntikan.
"Karena platformnya beda dengan Sinovac dan Sinopharm yang menggunakan virus yang tidak diaktifkan. Sementara itu Cansino menggunakan platform lain sehingga single dose," ungkap Yuri.
"Kesanggupannya produsen Cansino adalah sediakan 100.000 ribu dosis vaksin," lanjut dia.
Apabila ketiga jenis vaksin dari tiga produsen itu ditotal, kata dia, Indonesia telah dipastikan mendapat persediaan vaksin untuk 9,1 juta orang pada 2020.
Baca juga: Menlu: Kunjungan ke Inggris dan Swiss Perkuat Komitmen Pengadaan Vaksin Covid-19
Yuri melanjutkan, selain tiga vaksin dari China, pemerintah menyepakati pembelian vaksin AstraZeneca dari Eropa. Kesepakatan itu merupakan hasil kunjungan pemerintah ke Inggris dan Swiss.
"Dari hasil kunjungan Indonesia ke Inggis dan Swiss didapati komitmen bahwa mereka sanggup memberikan sebanyak 100 juta dosis vaksin pada Maret 2021," ujar Yuri.
Selain menjalin komitmen dengan produsen vaksin dari luar negeri, Indonesia melalui Lembaga Eijkman terus melakukan penelitian dan pengembangan vaksin Merah Putih.