JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengkritik langkah pemerintah yang sudah memfinalisasi pembelian vaksin dari tiga perusahaan di luar negeri, yakni dari Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac.
Sebab, ketiga kandidat vaksin itu masih dalam tahap akhir ini klinis fase 3. Artinya, belum ada jaminan bahwa vaksin itu akan lolos uji klinis fase 3 dan aman bagi masyarakat.
"Kita kan enggak tahu dampaknya seperti apa. Apakah kita membeli kucing dalam karung, kan enggak jelas. Ini seperti membeli kucing dalam karung. Kita mau beli kucing keluarnya ular," kata Pandu kepada Kompas.com, Rabu (14/10/2020).
Baca juga: Epidemiolog: Yang Dibeli Pemerintah Baru Bakal Vaksin Covid-19, Belum Tentu Aman dan Efektif
Pandu menilai, harusnya pemerintah menunggu dulu sampai ketiga kandidat vaksin itu dinyatakan lolos uji klinis.
Dengan begitu, dapat diketahui secara pasti apakah vaksin itu benar-benar efektif melawan virus corona serta tidak menimbulkan efek samping.
"Kenapa terburu-buru sih. WHO pun tenang saja. Semua tenang. Memang kita membuat harus dipercepat, tapi kan enggak harus terburu buru. Belum ada informasi apa manfaatnya, apa dampaknya sudah dibeli," kata dia.
Pandu pun menilai langkah pemerintah yang terburu-buru ini karena menganggap vaksin sebagai solusi jitu untuk mengatasi pandemi.
Padahal, ia menegaskan bahwa vaksin merupakan solusi jangka panjang.
Sementara itu, solusi jangka pendek untuk menangani pandemi yakni dengan melakukan tes sebanyak-banyaknya untuk bisa melakukan pelacakan kontak serta isolasi.
"Sebenarnya masalahnya sederhana. Semua negara bisa meningkatkan tes dan pelacakan. Memang susah, tapi itu kita kan karena kita enggak punya plan of action bagaimana melakukannya," ujar dia.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan