Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fidel Ali

Fidel Ali, eks jurnalis, karyawan swasta, pemerhati sosial, dan penyuka musik metal serta berkendara sepeda motor.

Auktor Intelektualis, Hantu yang Tidak Pernah Diungkap Pemerintah...

Kompas.com - 12/10/2020, 09:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Bayu Galih

Hal ini berbeda saat demonstrasi 1998 silam, tokoh politik rutin berorasi, konsolidasi, hingga memimpin jalannya aksi. Dengan keadaan saat ini, demo UU Cipta Kerja agaknya jauh jika disebut aksi tersebut didasari nafsu politik, atau adanya "titipan" maupun bohir yang membiayai seluruh gerakan dalam aksi.

Kecuali, jika tiba-tiba muncul LSM, ormas yang terafiliasi atau politisi yang mengklaim atau ikut menekan secara massif.

Sejauh ini, tidak tampak politisi yang mengklaim aksi tersebut, hanya kalangan civil society, pemuka agama, hingga pengamat yang menyuarakan perlunya UU Cipta Kerja itu ditolak. Apakah mereka yang disebut auktor intelektualis?

Baca juga: Pengakuan Mahasiswa UGM: Saya Beberapa Kali Dipukul sampai Gagang Kacamata Patah

Pemahaman penulis, seorang dapat dikatakan auktor intelektualis jika memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan massa hingga membiayainya. Karena, tidak sembarang orang dapat mendorong aksi sedemikian besar. Hingga kini penulis belum melihat hal tersebut.

Demo titipan?

Perlu dipahami lagi, mahasiswa adalah pressure group dan agent of change. Mereka biasanya tergerak jika ada kontroversi yang dibuat pemerintah, mereka pengawal sistem, benteng demokrasi.

Kelompok ini melihat persoalan dengan kacamata, apakah berdampak baik ke rakyat secara luas atau tidak. Dan perlu diingat, mereka adalah kelompok terpelajar.

Akan tetapi, yang juga perlu dicatat, dalam manajemen aksi ada dua hal yang menjadi agendanya. Pertama, jika aksi hanya dilakukan sekali atau dua kali, bisa dipastikan itu hanya tes ombak.

Baca juga: PBNU: Kebijakan Pemerintah Harus Berorientasi pada Kemaslahatan Rakyat

Biasanya model seperti ini karena ada "titipan" untuk aksi, bisa dilihat jika tiba-tiba ada demo di depan Gedung KPK ketika ada pejabat yang terjerat, lalu datang massa aksi yang mendukungnya. Seperti itulah.

Kedua, aksi mengkritisi pemerintah untuk segera mengubah kebijakan. Manajemen aksi seperti ini biasanya digelar bukan sekali atau dua kali, bisa berkali-kali.

Coba kita lihat perbedaan demonstrasi 1998 atau beberapa tahun sesudahnya, demonstrasi digelar hampir setiap hari. Fokusnya saat itu adalah menggulingkan pemerintahan hingga mengawal reformasi.

Demonstrasi terkait isu besar dan kasus korupsi pejabat publik atau tokoh juga dilakukan berkali-kali, sebagai pengingat dan mengawal kasus tersebut supaya publik tetap ingat.

Baca juga: Larang Mahasiswa Demo UU Cipta Kerja, Kemendikbud Dianggap Pasung Kemerdekaan Kampus

Pemerintah harus bertanggung jawab dengan pernyataan adanya auktor intelektualis dalam demo tersebut. Apalagi, demo tersebut berujung kericuhan yang jelas menimbulkan kerugian baik fisik maupun infrastruktur.

Auktor intelektualis tersebut, jika terbukti dan dipidana, bisa saja terjerat Pasal 160 soal penghasutan atau bahkan Pasal 104 soal makar dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Thus, jika memang ada auktor intelektualis, silakan proses hukum secara terbuka dan beritahu publik. Jangan biarkan kecurigaan muncul di masyarakat. Harus diungkap siapa di balik demo tersebut, apakah murni karena kegelisahan masyarakat atau memang "titipan".

Pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini, menurut Dahlan Iskan, adalah pemerintah terkuat sejak era reformasi. Buat apa takut mengungkap. Atau jangan-jangan, auktor intelektualis itu hanya sebatas hantu yang digunakan untuk menakuti masyarakat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com