JAKARTA, KOMPAS.com - Jurnalis Najwa Shihab belakangan menjadi perbincangan publik karena videonya dalam acara 'Mata Najwa' edisi 'Menanti Terawan'.
Video berdurasi 4 menit 22 detik tersebut memperlihatkan Najwa bermonolog dengan kursi kosong yang seolah-olah ia anggap sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto.
Dalam monolognya, Najwa membeberkan sejumlah kegelisahan masyarakat yang sudah jarang melihat sosok Menkes Terawan tampil di publik sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
"Pandemi belum mereda dan terkendali. Karenanya kami mengundang Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto," kata Najwa dalam video Mata Najwa" edisi 'Menanti Terawan', Senin (28/9/2020).
Baca juga: Relawan Jokowi Ingin Laporkan Najwa Shihab ke Polisi, tapi Ditolak Polda Metro
Ia menilai, tidak ada sosok yang paling tepat untuk memberikan penjelasan terkait situasi pandemi di Indonesia selain Terawan.
Terawan juga dinilai paling kapabel menjelaskan apa saja hal yang sudah dilakukan oleh negara mengatasi pandemi Covid-19.
"Adalah Pak Terawan yang punya wewenang, akses anggaran dan pemberi arahan," ujar dia.
Setelah itu, Najwa memulai sesi wawancara dengan kursi kosong, seolah-olah Menkes Terawan sedang duduk di kursi tersebut.
"Mengapa menghilang Pak? Anda minim sekali muncul di depan publik memberi penjelasan selama pandemi," tanya Najwa.
Baca juga: Dewan Pers Belum Terima Laporan Relawan Jokowi Bersatu terhadap Najwa Shihab
"Rasanya Menkes yang paling low profile di seluruh dunia selama pandemi hanya Menteri Kesehatan Republik Indonesia," lanjut dia.
Najwa kemudian bertanya apakah Indonesia kecolongan pada tahap awal penanganan pandemi Covid-19.
Kemudian, ia bertanya mengenai usul tidak perlu karantina wilayah yang dikabarkan pernah ucapkan Terawan.
Lalu pertanyaan terkait Gedung Kementerian Kesehatan yang kini menjadi salah satu klaster Covid-19 serta kesiapan Terawan apabila diminta mundur oleh masyarakat Indonesia.
"Bukan hanya desakan ke Presiden, karena publik di antaranya lewat petisi meminta kesiapan Anda untuk mundur. Siap mundur Pak?" tanya Najwa lagi.
Baca juga: Dilaporkan karena Video Kursi Kosong Menkes, Ini Respons Najwa Shihab
Najwa kemudian menjelaskan pertanyaan yang ia lontarkan sebagian berasal dari publik yang disampaikan kepadanya.
Oleh karena itu, ia mengundang Terawan untuk hadir dalam acara "Mata Najwa" yang ia pandu.
"Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Waktu dan tempat dipersilahkan," ujar Najwa.
Belakangan, acara Najwa tersebut berbuah pelaporan ke Polda Metro Jaya pada Selasa (6/10/2020).
Ia dilaporkan karena dianggap merendahkan Presiden Joko Widodo dalam acara 'Mata Najwa' edisi 'Menanti Terawan'.
Laporan itu diajukan oleh Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu bernama Silvia Dewi Soembarto. Namun ditolak oleh kepolisian karena dinilai menjadi ranah Dewan Pers.
"Saya melaporkan Najwa Shihab atas wawancara kursi kosong," ujar Silvia saat dikonfirmasi, Selasa.
Baca juga: Kritik Terawan, Perhimpunan Dokter Pertanyakan Permenkes soal Layanan Radiologi Klinik
Menurut Silvia, wawancara Najwa dengan kursi kosong itu dianggap merendahkan Presiden Joko Widodo melalui orang yang membantunya.
"Menteri Terawan adalah representatif daripada Presiden RI. Perlakuan Najwa Sihab di televisi yang ditonton 269 juta jiwa penduduk Indonesia sangat tidak mendidik," kata dia.
Silvia menuduh Najwa Shihab melakukan cyber bulliying atau perundungan melalui teknologi.
"Itu menyangkut cyber bulliying di mana narasumber tidak hadir itu hak narasumber. Tidak ada kewajiban untuk Menteri Terawan hadir untuk memberikan statement," kata dia.
Silvia membawa barang bukti berupa video tayangan wawancara kursi kosong dan jadwal tugas Menteri Terawan pada hari yang sama.
Namun, saat ditanya soal nomor laporan, ia mengakui belum ada alias ditolak Kepolisian. Ia diminta untuk berkonsultasi ke Dewan Pers.
"(Nomor LP) Belum. Karena dari SPKT kami dipindahkan ke (Direktorat) Siber, terus kami diarahkan konsultasi ke Dewan Pers. Jadi harus sesuai dengan Undang-undang tentang Pers," ucap dia.
Baca juga: Menteri Kesehatan Terawan Tak Hadir, Najwa Shihab Tanyai Kursi Kosong, Apa Maknanya?
Walau laporan tersebut ditolak kepolisian, sampai saat ini Dewan Pers juga belum menerima laporan terkait apa yang telah dilakukan Najwa dalam video tersebut.
Najwa pun akhirnya angkat bicara mengenai pelaporan atas dirinya ke polisi.
"Saya belum tahu persis apa dasar pelaporan termasuk pasal yang dituduhkan," kata Najwa kepada Kompas.com, Selasa (6/10/2020).
Najwa mengaku, sudah mendengar bahwa laporan tersebut ditolak dan aparat kepolisian menyarankan pelapor membawa perkara laporannya ke Dewan Pers.
Kendati demikian, ia mengaku siap apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.
Baca juga: Saat Najwa Berbincang dengan Terawan yang Sebenarnya Tidak Ada...
"Jika memang ada keperluan pemeriksaan, tentu saya siap memberikan keterangan di institusi resmi yang mempunyai kewenangan untuk itu," ujar dia.
Najwa menjelaskan, video tersebut dibuat dengan niat mengundang pejabat publik menjelaskan kebijakan-kebijakannya terkait penanganan pandemi Covid-19.
Namun, ia tidak mengharuskan pejabat, dalam hal ini Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, untuk memberi penjelasan di acara 'Mata Najwa'.
"Dan dari waktu ke waktu, makin banyak pihak yang bertanya ikhwal kehadiran dan proporsi Menteri Kesehatan dalam soal penanganan pandemi," ungkap dia.
"Faktor-faktor itulah yang mendorong saya membuat tayangan yang muncul di kanal Youtube dan media sosial Narasi," lanjut dia.
Baca juga: Komentar Kocak Bintang Emon soal Absennya Menteri Terawan di Acara Najwa Shihab
Menurut Najwa, aksi bermonolog dengan kursi kosong seperti yang ia lakukan memang baru pertama kali terjadi di dunia jurnalistik Indonesia.
Tetapi, hal semacam itu sudah lazim dilakukan di negara dengan sejarah kemerdekaan pers yang panjang.
"Di Amerika sudah dilakukan bahkan sejak tahun 2012, di antaranya oleh Piers Morgan di CNN dan Lawrence O’Donnell di MSNBC’s dalam program Last Word," tutur Najwa.
"Pada 2019 lalu di Inggris, Andrew Neil, wartawan BBC, juga menghadirkan kursi kosong yang sedianya diisi Boris Johnson, calon Perdana Menteri Inggris, yang kerap menolak undangan BBC," ucap Najwa Shihab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.