JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Amien Rais secara resmi mengumumkan nama partai barunya, Partai Ummat, Kamis (1/10/2020).
Lewat kanal YouTube-nya, Amien Rais Official, ia menyatakan bahwa partai bentukannya akan bekerja dan berjuang berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan aturan demokrasi.
"Partai Ummat insya Allah bertekad akan bekerja dan berjuang bersama anak bangsa lainnya melawan kezaliman dan menegakkan keadilan," kata Amien.
Partai Ummat adalah partai kedua yang dibentuk oleh pria yang lahir di Solo pada 76 tahun silam itu.
Baca juga: Partai Baru Amien Rais Bernama Partai Ummat
Sebelumnya, Amien membidani lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN) bersama Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Rizal Ramli, Albert Hasibuan, Alvin Lie, Emil Salim hingga Faisal Basri, pada tahun 1998.
Pendirian PAN hanya berselang beberapa bulan setelah rezim Presiden RI kedua, Soeharto, lengser, usai memimpin Indonesia selama 32 tahun.
Nama Amien yang saat itu lebih dikenal publik sebagai lokomotif gerakan reformasi 1998, akhirnya didaulat sebagai ketua umum partai tersebut.
PAN lantas mengikuti Pemilu 1999 dan berhasil memperoleh 7,52 juta suara atau setara 7,1 persen dari total suara nasional.
Baca juga: Mumtaz Rais: Jika PAN Reformasi Terbentuk, Saya Berenang dari Kapuk sampai Labuan Bajo
Hal itu menempatkan PAN sebagai lima besar partai dengan perolehan suara terbanyak setelah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Meski tidak cukup baik secara perolehan suara, namun manuver yang dilakukan Amien berhasil menempatkannya sebagai Ketua MPR periode 1999-2004.
Pada 2004, perolehan suara PAN turun menjadi 7,3 juta suara atau sekitar 6,4 persen. Kendati demikian, persentase perolehan kursi parlemen PAN naik dari 34 kursi (7,4 persen) pada 1999 menjadi 53 kursi (9,6 persen).
Hal itu pun membuat Amien cukup percaya diri mencalonkan diri sebagai calon orang nomor satu di negeri ini bersama Siswono Yudo Husodo. Sebab, syarat untuk dapat mengusung pasangan calon presiden-wakil presiden yaitu minimal memperoleh 5 persen suara nasional atau 3 persen kursi DPR.
Dalam pemilu tersebut, ada lima pasangan calon lain yang turut berkontestasi, yaitu Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumela.
Baca juga: Waketum Yakin Tak Ada Kader yang Bergabung ke PAN Reformasi
Selain PAN, pasangan Amien-Siswono turut diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK), Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Sarikat Indonesia, dan Partai Buruh Sosial Demokrat.
Namun, meski mendapat dukungan dari banyak partai politik, perolehan suara Amien-Siswono pada Pilpres 2004 hanya 17,39 juta (14,66 persen). Sesuai aturan pemilu pada saat itu, dua pasangan calon presiden-wakil presiden dengan perolehan suara terbanyak berhak mengikuti putaran kedua pilpres.
Adapun pasangan Amien-Siswono harus puas sebagai pasangan dengan perolehan suara terbanyak ketiga. Ia pun gagal dalam pencapresan tersebut.
Pada tahun yang sama, posisi Amien sebagai ketua umum PAN juga digantikan oleh Soetrisno Bachir.
Meski tampuk kursi kepemimpinan PAN berganti, kenyataannya nasibnya tak jauh berbeda pada Pemilu 2009. Partai berlambang matahari terbit itu hanya meraup 6 persen suara dan 7,7 persen kursi DPR.
Baca juga: Lahirnya Partai Ummat, Partai Baru Amien Rais dan Imbas Kongres PAN
Pada 2014, PAN yang telah dipimpin Hatta Rajasa berhasil memperoleh peningkatan suara yang cukup signifikan yaitu sebanyak 9,4 juta suara (7,6 persen) dan 48 kursi (8,8 persen). Bahkan, Hatta didaulat sebagai wakil presiden berpasangan dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, untuk melawan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Namun, pasangan Prabowo-Hatta kalah.
Meski kembali menelan pil pahit kekalahan, kenyataannya kekuatan Amien di PAN tak pernah luntur.
Setiap kali pergantian ketua umum partai, mulai dari Soetrisno Bachir, Hatta Rajasa, hingga Zulkifli Hasan pada periode pertama, harus mendapatkan restu dari Amien.
Namun, pada Kongres V PAN yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara pada Februari 2020 lalu, ketokohan Amien mulai runtuh.
Baca juga: Sejumlah Pengurus di Daerah Usulkan Amien Rais Bentuk PAN Reformasi
Pada kongres tersebut, Amien mendukung Mulfachri Harahap untuk memimpin PAN. Janjinya, jika Mulfachri terpilih, maka Hanafi Rais yang merupakan anak dari Amien Rais, akan didapuk sebagai sekretaris jenderal partai itu.
Zulkifli yang notabene adalah besan dari Amien, justru tak mendapatkan restu untuk memimpin kembali. Kongres PAN pun sempat berjalan ricuh. Meski demikian, Zulkifli akhirnya terpilih kembali sebagai ketua umum.
Di dalam struktur kepengurusan yang baru, Amien tak lagi didaulat sebagai Ketua Dewan Kehormatan. Kursi itu diberikan Zulkifli kepada Soetrisno Bachir.
Internal PAN pun bergejolak. Sejumlah loyalis Amien seperti Agung Mozin, Asri Anas, dan Hanafi Rais memilih hengkang dari partai tersebut.
Baca juga: PAN Yakin Hanya Sedikit Kadernya yang Pindah ke Partai Ummat
Para loyalis itu juga turut mendorong agar Amien mendirikan partai baru.
Awalnya, partai baru yang hendak dibentuk akan diberi nama PAN Reformasi. Lambang partai pun disebut akan menyerupai lambang PAN yaitu matahari terbit dengan sedikit modifikasi.
Namun pada akhirnya, Amien justru mengumumkan nama lain untuk partai besutannya, yaitu Partai Ummat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.