JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut terdapat sekelompok orang yang memprovokasi agar Papua memisahkan diri dari Indonesia.
Ia mencurigai kelompok itu berasal dari dalam negeri yang bekerja sama dengan pihak asing supaya Papua benar-benar berpisah dengan Indonesia.
"Di sana ada sekelompok orang yang ingin memisahkan diri, memisahkan Papua, bekerja sama dengan provokator-provokator warga negara asing maupun gerakan sendiri, itu melanggar hukum," ujar Mahfud dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/10/20202).
Bagi pemerintah Indonesia, kata Mahfud, bersatunya Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final.
Baca juga: Prajurit TNI dan Warga Sipil Tewas Ditembak KKB, Mahfud Segera Bentuk Tim Investigasi Gabungan
Untuk itu, ia menegaskan, bahwa tidak ada lagi celah negosiasi maupun upaya apapun supaya Papua bisa berpisah dengan Indonesia.
"Bagi Pemerintah Indonesia, kebersatuan Papua, baik Provinsi Papua maupun Papua Barat dengan NKRI sudah final, tidak ada jalan lagi, tidak ada negosiasi apapun untuk kemerdekaan, untuk memisahkan diri," tegas dia.
Ia menambahkan, berdasarkan keputusan PBB pada 1963, bahwa Papua sah menjadi bagian dari Indonesia.
Karena itu, ia menyatkan tidak ada peluang Papua berpisah dengan Indonesia.
Baca juga: Perkembangan KKB di Papua, Kapolda: Tersisa Tujuh Kelompok yang Masih Aktif
"Hasil referendum itu sah dan tidak ada jalan lagi bagi Papua, bagi orang-orang tertentu di Papua, untuk meminta kemerdekaan," terang Mahfud.
Belakangan, teror Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) meningkat sejak Senin (14/9/2020).
Pada hari itu, dua pengemudi ojek di pangkalan Kabupaten Intan Jaya tewas di waktu yang berbeda tapi di lokasi yang sama.
Korban pertama adalah Laode Anas (34) yang dibunuh saat pulang ke Supaga sepulang dari mengantar penumpang di Kampung Titigi. Ia dibunuh sekitar pukul 11.15 WIT.
Beberapa menit kemudian, Fatur Rahman (23) juga ditewas di lokasi yang sama sepulang dari Kampung Titigi. Korban kedua itu tewas setelah ditembak dari ketinggian.
Baca juga: Kontak Senjata Terjadi Lagi di Intan Jaya, KKB Tembaki Rombongan Polisi
Korban ketiga adalah Badawi tukang ojek yang tewas dibacok oleh KKB pada Kamis (17/9/2020). Ia meninggal di belakang SD YPPK Santo Mikael, Kampung Bilogai, Distrik Sugapa.
Tiga jam kemudian, sekitar pukul 14.20 WIT, Serka Sahlan anggota Koramil Persiapan Hitadipa juga meninggal dunia ditembak KKB.
Korban berikutnya adalah Pratu Dwi Akbar Utomo.
Ia gugur setelah terlibat kontak senjata dengan KKB pada Sabtu (19/9/2020).
Kontak senjata itu melibatkan Satgas BKO Aparat Teritorial (Apter) Koramil Persiapan Hitadipa. Pratu Dwi tewas pada pukul 14.50 WIT.
Baca juga: Khawatir Ditembak KKB, Maskapai Penerbangan Enggan Angkut Pasukan TNI-Polri
Korban terakhir adalah Pendeta Yeremia Zanambani. Ia tewas di Kampung Hitadipa, Untan Jaya pada Sabtu (19/9/2020) sekitar pukul 18.00 WIT.
Pendeta Yeremia Zanambani merupakan masyarakat asli Suku Moni yang juga berperan membuat terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Moni.
Untuk korban terakhir ini, baik TNI dan KKB saling tuding satu sama lain sebagai pelaku penembakan terhadap Pendeta Yeremia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.