Sementara itu, sejumlah pihak mendesak agar pemerintah menyelesaikan persoalan pelanggaran HAM berat di masa lalu melalui mekanisme rekonsiliasi nasional.
Baca juga: Mahfud: Pemerintah Tak Larang Pemutaran Film G30S/PKI, asal...
Salah satunya yaitu tokoh NU, Salahuddin Wahid atau Gus Solah, yang mengusulkan adanya pemberian restitusi dan kompensasi bagi para korban kekerasan masa lalu. Upaya rekonsiliasi dan meminta maaf merupakan cara yang baik untuk memperkokoh kesatuan bangsa.
Ia pun mencontohkan, Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, mertua SBY, pernah bertemu dengan Sobron Aidit, adik pimpinan PKI, DN Aidit, untuk meminta maaf atas terjadinya pembantaian terhadap orang-orang yang dicap PKI atau komunis.
"Sebaiknya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memelopori tindakan serupa agar terjadi rekonsiliasi antarpelbagai pihak yang berseberangan di masa lalu," kata Gus Solah pada 12 April 2011.
Sekitar April 2016, pemerintah menyelenggarakan simposium tentang Peristiwa 1965 untuk pertama kalinya. Simposium itu bertajuk "Membedah Tragedi 195 dari Aspek Kesejarahan."
Menko Polhukam saat itu, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pemerintah tidak akan meminta maaf atas peristiwa kekerasan yang terjadi pada Peristiwa 1965 dan lanjutannya.
Namun, pemerintah berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan secara menyeluruh agar tidak ada beban di masa depan.
Penyelenggaraan simposium itu pun menuai pro dan kontra. Salah satunya dari para purnawirawan TNI dan ormas Islam di Jakarta.
Baca juga: Peristiwa G30S/PKI: Kisah 7 Pahlawan Revolusi yang Jasadnya Dibuang di Sumur Lubang Buaya
Mereka akhirnya menggelar simposium tandingan dengan tajuk "Mengamankan Pancasila Dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain".
"Presiden Indonesia, jangan pernah berpikir untuk meminta maaf kepada PKI atau memberi ruang gerak bagi PKI untuk bangkit," kata Ketua Front Pembela Islam, Rizieq Shihab, dalam kegiatan yang diselenggarapan pada 2 Juni 2016, seperti dilansir dari BBC.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.