Namun, ia menilai tes Covid-19 di Tanah Air memang masih kurang.
"Pelaksanaan testing atau surveilans harian sebagai proses deteksi di Indonesia juga masih mengalami masalah," ujar Ascobat dikutip dari siaran pers UI yang diterima, Selasa (29/9/2020).
Ia mengatakan, testing di Indonesia rata-rata masih 21.000 orang per hari atau 165.000 per minggu.
Dari hasil testing yang dilakukan, kata dia, positivity rate Indonesia berada pada angka 14,3 persen.
Positivity rate merupakan persentase orang yang memiliki hasil tes positif Covid-19 dibandingkan jumlah orang yang dites.
Artinya, kata dia, setiap kerumunan sekitar 100 orang terdapat sekitar 15 orang yang dapat menularkan virus.
Kendala
Wiku pun mengakui minimnya jumlah tes ini karena pemerintah masih kesulitan melakukan tracing atau pelacakan kontak pasien Covid-19.
Wiku beralasan, petugas di lapangan kesulitan karena penolakan dari masyarakat.
"Kendala terbesar saat ini adalah tracing atau pelacakan. Karena banyak resistensi di masyarakat, di lapangan, akibat adanya stigma masyarakat terhadap penderita Covid-19 yang harus dihindari," kata Wiku.
Baca juga: Testing Covid-19 yang Dilakukan Pemerintah Dinilai Belum Merata
Padahal, pelacakan kontak ini sangat berperan dalam menambah jumlah testing.
Idealnya, setiap orang yang baru melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19 harus ikut menjalani swab test.
Namun, pada banyak kasus, masyarakat enggan terbuka saat petugas di lapangan berupaya melakukan pelacakan kontak karena takut akan stigma negatif.
Selain itu, adanya berita hoaks bahwa Covid-19 hanya konspirasi turut mempersulit kerja petugas dalam melakukan pelacakan kontak.
"Kami imbau masyarakat memahami, keterbukaan kita semua sangat penting dalam upaya pemerintah melakukan tracing. Harus terbuka terkait riwayat perjalanan dan interaksi yang sudah dilakukan," kata Wiku.
Wiku menegaskan bahwa yang menjadi musuh bersama adalah virus corona SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19.
Sementara itu, pasien yang terjangkit Covid-19 justru harus didukung, bukan diberikan stigma negatif dan dijauhi.
"Jujur dan suportif ketika dilakukan identifikasi kontak erat dengan petugas adalah hal penting untuk sukseskan program 3T (testing, tracing, treatment)," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.