Koran itu juga ditegaskan bukanlah koran partai, melainkan sarana untuk kemajuan Indonesia yang berpijak pada kemajemukannya.
Namun nama tersebut tak disetujui oleh Presiden Soekarno sehingga Presiden pertama RI itu pun memberi nama lain, yakni Kompas.
"Aku akan memberi nama yang lebih bagus...'Kompas'! Tahu toh, apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!" ujar Bung Karno saat itu.
Nama Kompas pun abadi hingga saat ini dan lebih dari setengah abad kemudian, Kompas Gramedia berkembang menjadi bisnis multi-industri.
Meskipun demikian Jakob Oetama tak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan.
Baca juga: Pimpin Pemakaman Jakob Oetama, JK: Semoga Jadi Suri Teladan Kita Semua
Baginya, Wartawan adalah profesi, tetapi pengusaha karena keberuntungan.
Semasa hidup, Jakob Oetama dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
Ia dipandang sebagai pimpinan yang "nguwongke" dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
Almarhum juga berpegang teguh pada nilai humanisme transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.