Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alexander Aur
Dosen Filsafat Universitas Pelita Harapan

Pengajar filsafat pada Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Banten.

September, Superego Anti-komunis, dan Politik Rekonsiliasi

Kompas.com - 17/09/2020, 13:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


PADA September setiap tahun ada fenomena yang menarik. Kerap kali beberapa pihak menghubung-hubungkan berbagai peristiwa sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi pada bulan tersebut dengan komunis atau Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dengan mudah pihak-pihak ini merangkai rantai hubung antara kedua hal itu. Padahal, peristiwa-peristiwa itu sama sekali tidak berhubungan dengan komunis atau PKI setelah aparat penegak hukum atau pihak lain menelusuri lebih dalam.

September 1965 memang merupakan bulan terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa jenderal. Rezim politik Soeharto memberi label politik pada peristiwa itu dengan istilah “Gerakan 30 September/PKI”.

Pada tahun-tahun setelah labelisasi, politik operasi keamanan pun berlangsung. Perburuan, pembunuhan secara sepihak oleh aparatur negara, dan pemenjaraan terhadap orang-orang yang dianggap oleh rezim politik Orde baru sebagai anggota PKI.

Pada 1984 Orde Baru mengubah strategi. Labelisasi dan perburuan tidak terang-terang lagi. Jalan yang ditempuhnya adalah jalan kebudayaan. Memproduksi film “Pengkhianatan G 30 S/PKI” adalah wujud konkret spirit dan agenda politik kebudayaan anti-komunis.

Tak lama setelah rilis film besutan sutradara Arifin C. Noer itu, pada September setiap tahun lembaga penyiaran publik TVRI menayangkan film tersebut. Sepanjang masa kekuasaan Orde Baru, pada setiap malam 30 September, warga negeri ini duduk manis di depan televisi menonton film propagandis itu.

Superego anti-komunis

Film ini menjadi salah satu alat penyuntik spirit politik kebudayaan anti-komunis. Superego para penonton, terutama superego anak-anak remaja pada zaman kekuasaan Orde Baru pasca-produksi film, terisi oleh spirit politik kebudayaan anti-komunis.

Metode psikoanalisis merupakan salah satu cara yang cukup memadai untuk membaca film “Pengkhianatan G 30 PKI” sebagai alat penyuntik spirit politik anti-komunis.

Sigmund Freud melalui metode psikoanalisis memetakan tiga instansi psikologis manusia, yakni id, ego, dan superego.

Id merupakan instansi hasrat yang menggerakkan dimensi alamiah diri manusia. Ego merupakan instansi sadar, yang memproduksi pertimbangan-pertimbangan rasional manusia. Superego merupakan instansi yang berisi sistem nilai dan kepercayaan yang terbentuk oleh para pemegang orotitas.

Sasaran psikologis yang dituju film tersebut adalah superego diri manusia. Melalui film yang diproduksi oleh Perusahaan Produksi Film Negara (PPFN) itu, superego anak-anak dan remaja yang menonton film diisi dengan spirit dan sisitem nilai anti-komunis.

Spirit dan sistem nilai itu muncul dalam film melalui aneka perkataan, gerak-gerik, gestur tubuh, suara, tindakan para pemain. Setting lokasi dan waktu dalam film diatur sedemikian rupa supaya menampilkan semangat anti-komunis.

Salah satu adegan dalam Film G 30 S PKI.KOMPAS.com/ HERU DH Salah satu adegan dalam Film G 30 S PKI.

Visualisasi sadistik bertujuan menanamkan rasa benci dalam superego penonton. Demikian pula diksi-diksi yang diucapkan para pemain film, khususnya pemain yang berperan sebagai tokoh protagonist anti-komunis.

Jadi, film – khususnya film “Pengkhinatan G 30 S/PKI” merupakan sebuah politik kebudayaan anti-komunis atau anti-PKI. Superego manusia adalah sasaran psikologis dari film tersebut.

Tak terlalu mengherankan bila selama tahun-tahun pasca-Orde Baru pada setiap bulan September, ada beberapa pihak rajin menghubungkan peristiwa sosial, politik, ekonomi dengan komunis atau PKI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com