Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Kisah Dua Sahabat Sejati, JK dan JO

Kompas.com - 17/09/2020, 08:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUA sahabat sejati telah melintasi kurun waktu 40 tahun: Jusuf Kalla (JK) dan Jakob Oetama (JO).

Persahabatan keduanya tidak pernah pasang surut, mengikuti pergantian musim politik. Persahabatan mereka tidak pernah terimbas oleh terpaan taufan sosial politik negeri kita. Kian hari, kian solid dan kental persahabatan itu. 

Pada 9 September 2020, pukul 13.05, JO menghadap pada Ilahi. Sahabatnya, JK, sangat sedih.

Baca juga: Jakob Oetama, UGM, dan Jurnalisme Makna 

Sejam setelah kepergian JO, Sofyan Wanandi menelpon dan meminta saya ke rumah JK di sore hari.

Pasalnya, JK sudah telanjur terikat janji ke Makassar esok harinya, mengikuti Dies Natalis Universitas Hasanuddin, dan akan menyerahkan bantuan keluarga Kalla berupa gedung olahraga ke universitas tersebut.

Semua perencanaan dan acara sudah tersusun rapi. Tiba-tiba, JK harus menjadi inspektur upacara di hari pemakaman JO esok harinya di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. 

Begitu kami bertiga bertemu, saya pun langsung angkat bicara, “Bapak pasti tidak jadi ke Makassar besok kan?

“Iya, kita harus mengutamakan sahabat kita, Pak JO,” kata JK.

Saya menyambung lagi, “Pak JK, Dies Natalis adalah acara rutin tiap tahun. Bapak bisa mengikutinya lagi tahun depan. Acara penyerahan sumbangan gedung, bisa ditunda kapan saja Pak. Namun, acara penyerahan jenazah sahabat Bapak ke pangkuan Ilahi, sama sekali tidak bisa ditunda."

"Penyerahan jazad sahabat Bapak itu hanya boleh dilangsungkan besok hari, bukan di kesempatan lain, dan tidak akan terulang lagi,” kata saya. 

“Karena itu, kita batal ke Makassar. Pak Jakob adalah tokoh besar dan panutan bangsa kita. Ia sahabat saya berpuluh tahun lamanya. Saya mengutamakan almarhum,” jawab JK. 

Lalu, saya dan Sofyan Wanandi pun mengingatkan JK bahwa di saat acara pemakaman esok harinya, udara sangat panas di pemakaman.

Kami berdua sepakat untuk mengenakan pakaian tipis saja, baju batik. JK langsung menimpali, “Saya harus pakai jas lengkap untuk menghormati sahabat saya itu. Bukan hanya karena saya inspektur upacara,” sambung JK lagi.

Baca juga: Tidak Hanya soal Jurnalistik, Jakob Oetama Pun Dinilai Berjasa dalam Dunia Pendidikan

Tapi, kata Sofyan Wanandi, Pak JK akan kepanasan, apalagi di ruang terbuka yang langsung kena sengatan matahari.

“Kalau persahabatan bisa kita pelihara berpuluh-puluh tahun, mengapa menahan udara panas beberapa puluh menit saja, kita tidak bisa. Saya akan pakai jas lengkap untuk mengantar sahabat saya yang terakhir kali,” sambung JK lagi. 

Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019 M Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah berjalan mengiringi  peti jenazah  Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama setibanya di  Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019 M Jusuf Kalla menjadi Inspektur Upacara dalam proses pemakaman tersebut. Jakob Oetama tutup usia pada Rabu (9/9) pada usia ke 88  tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.KOMPAS/AGUS SUSANTO Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019 M Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah berjalan mengiringi peti jenazah Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama setibanya di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019 M Jusuf Kalla menjadi Inspektur Upacara dalam proses pemakaman tersebut. Jakob Oetama tutup usia pada Rabu (9/9) pada usia ke 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
JK menjadi inspektur upacara dan berjas lengkap, di acara pemakaman itu. Ia menunaikan janjinya untuk berpakaian lengkap, mengantar sahabatnya, menghadap Ilahi, di tempat abadinya. 

Di mana semen perekat di antara kedua sahabat itu? Bukankah mereka memiliki latar belakang yang berbeda dalam banyak hal?

Jawabannya ada pada pangkalan, tempat mereka berdua, memandang hamparan luas bangsa ini.

Keduanya selalu digelisahkan oleh ketimpangan ekonomi bangsa kita yang mereka berdua yakini, bila tidak ditutup cepat, maka dimensi sosial politik bisa muncul dan menjadi masalah besar. 

Kedua sahabat sejati itu, selalu beriringan dalam pangkalan pendaratan yang sama bahwa kemajemukan bangsa ini harus dikelola dengan baik agar ia tetap menjadi mosaik indah. Bukan sumber masalah.

Dalam perspektif ini, JK dan JO melihat kemajemukan bangsa, sepelik apa pun masalahnya, pasti bisa diselesaikan, selama dimensi keadilan bisa dijaga.

Hulu masalah bangsa kita ada pada rasa keadilan itu. JK dan JO meyakini ini. Maka, keduanya pun selalu sensitif dengan agenda keadilan tersebut. 

Kesamaan pandangan dan visi inilah yang mengawetkan persahabatan JK dan JO. Agenda rutin tiap tiga bulan sarapan pagi bareng, adalah ajang di mana keduanya saling menukar dan mengisi.

Mereka saling mencari dan merindukan untuk berbicara, terutama hal-hal yang menjadi isu nasional. Dalam berdiskusi, JO lebih banyak mendengar daripada berbicara.

JK lebih acap menguraikan latar belakang sesuatu yang digelisahkan keduanya itu. Namun, di akhir percakapan, JO selalu menutup dengan membingkai persoalan yang dipercakapkan kedua sahabat itu.  

Baca juga: Sofjan Wanandi Kenang Jakob Oetama: Saya Dianggap Adiknya

Beberapa saat sebelum berangkat ke pemakaman, JK, Sofyan Wanandi, dan saya, masih sempat berbicara tentang ketokohan dan jasa JO buat bangsa ini.

Yang jelas, JK sangat mengagumi sahabatnya itu dalam hal komitmen mendidik bangsa kita untuk hidup di tengah kemajemukan. Bagi JK, sahabatnya itu adalah teladan dalam hal moderasi.

Malah, JK meminta kami untuk tetap berkomunikasi dengan anak-anak Kompas yang ditinggalkan JO, agar misi Kompas sebagai jangkar bangsa, agar perahu kebangsaan ini tidak dioleng ke kiri dan ke kanan, tetap dipelihara. 

Suatu saat, ketika JK masih menjadi Wakil Presiden, tiba-tiba Sofyan Wanandi menyampaikan bahwa JO minta waktu untuk bertemu.

Di tengah agenda yang menggunung dan sudah terjadwal jauh sebelumnya, JK langsung meminta stafnya untuk menunda sebagian acaranya dan menyiapkan waktu khusus untuk menerima JO. 

Semasa hidup JO, sahabatnya, JK, selalu menyiapkan waktu untuknya. Setelah pergi pun, JK tetap menyiapkan waktu buat sahabatnya, JO.

Ia menunda yang lain, demi mengantar sahabatnya itu. Dan bukankah ini yang disebut persahabatan sejati? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com