Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Gejala Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Kompas.com - 17/09/2020, 07:21 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan, istilah happy hypoxia muncul di tengah pandemi Covid-19. Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengatakan, happy hypoxia merupakan gejala yang hanya dialami oleh pasien Covid-19 dan bukan jenis penyakit tersendiri.

"Happy hypoxia adalah gejala atau kondisi yang dialami pasien Covid-19, bukan penyakit sendiri. Happy hypoxia tidak menular. Karena, itu kondisi beberapa pasien Covid-19," kata Erlina dalam gelar wicara di Graha BNPB, Rabu (16/9/2020).

Happy hypoxia atau hypoxemia didefinisikan sebagai penurunan tekanan oksigen dalam darah. Happy hypoxia biasanya terjadi pada pasien Covid-19 dengan gejala demam, batuk dan pusing.

Baca juga: Waspadai Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19, Ini Rupa-rupa Gejalanya

Pasien mengalami batuk menetap, tubuh yang merasa semakin lemas serta warna bibir atau ujung jari yang mulai membiru.

Apabila gejala sudah sampai pada tahap warna bibir dan ujung jari membiru, Erlina mengatakan, hal itu adalah indikasi saturasi oksigen semakin menurun.

"Tak ada jalan lain supaya segera dilarikan ke rumah sakit, karena itu menunjukkan tanda kekurangan oksigen," kata Erlina.

"Jangan tunggu sesak ya, karena happy hypoxia tidak ada sesak. Batuk, lemas, demam, gejala Covid-19 lainnya, sampai kesadaran menurun, makanya jangan sampai terlambat," tutur dia.

Happy hypoxia dapat terjadi karena kerusakan saraf yang menghantarkan sensor ke otak. Dalam kondisi normal, saraf akan memberitahu otak apabila darah kekurangan oksigen.

Oleh sebab itu, otak akan memerintahkan untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

"Namun, ini tidak terjadi pada beberapa pasien Covid-19, karena pada kondisi itu terjadi kerusakan saraf yang menghantarkan sensor sesak ke otak sehingga otak tidak bisa mengenali ada kejadian kurang oksigen di darah," ucap Erlina.

Baca juga: Dokter: Happy Hypoxia Tak Terjadi pada OTG Covid-19

 

Untuk mencegah terjadinya happy hypoxia, tidak ada cara lain selain mendeteksinya melalui alat pengukur saturasi oksigen, yakni pulse oximetry.

"Biasanya happy hypoxia tidak terdapat pada orang tanpa gejala (OTG). Biasanya pada orang bergejala, OTG jarang sekali happy hypoxia," kata dia.

Happy Hypoxia tak terjadi pada OTG

Erlina memastikan bahwa happy hypoxia tak terjadi pada pasien Covid-19 yang masuk dalam kategori OTG.

"Jadi happy hypoxia tidak terjadi pada OTG dan untuk menghindarinya jangan sakit Covid-19," kata Erlina.

Caranya pun sederhana, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan. Ia mengimbau masyarakat memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

Baca juga: Kisah Pasien Covid-19 yang Alami Happy Hypoxia: Pneumonia Saya Jadi Lebih Berat

 

Ia mencontohkan, apabila ada dua orang bersama dan salah satunya sakit, risiko tertular bisa 100 persen jika tidak mengenakan masker.

Namun, apabila yang sehat memakai masker, kata dia, maka penularan pun hanya terjadi 70 persen. Sementara itu, apabila yang sakit yang mengenakannya, risiko penularan menjadi 5 persen.

"Tapi kalau yang sehat dan yang sakit pakai masker, risiko penularan tinggal 2 persen. Kalau jaga jarak tinggal nol persen. Untuk mempertahankan itu, tambahkan dengan cuci tangan sehingga agar terhindar tidak sakit Covid-19, jalankan 3M," ucap Erlina.

Waspadai happy hypoxia

Erlina mengingatkan bahwa gejala happy hypoxia atau berkurangnya saturasi oksigen dalam darah pada pasien Covid-19 harus diwaspadai.

Pasalnya, happy hypoxia akan membuat pasien Covid-19 mengalami penurunan kesadaran hingga berakibat fatal.

"Ini gejala yang harus diwaspadai. Biasanya kalau sudah terjadi hypoxia dalam waktu cukup lama, pasien akan mengalami penurunan kesadaran dan biasanya fatal akibatnya. Itu setelah berhari-hari," kata Erlina.

Baca juga: Happy Hypoxia Hanya Dialami Pasien Covid-19, Dokter: Jangan Tunggu Sesak

Erlina mengatakan, gejala yang dialami pasien Covid-19 sangat bervariasi. Ada yang hanya kehilangan penciuman, ada pula yang hanya mengalami pusing dan batuk.

Namun jika gejala-gejala tersebut makin bertambah, batuk terus-menerus, lemas, serta warna bibir atau ujung jari yang mulai kebiruan, maka dapat dipastikan saturasi oksigen pasien menurun.

Satu-satunya cara untuk membantu pasien adalah segera membawanya ke rumah sakit agar diberikan bantuan oksigen.

Pulse oximeter

Erlina mengatakan, salah satu diagnosis dari happy hypoxia dapat dilakukan melalui pemeriksaan analisis gas darah dan tekanan oksigen dalam darah. Salah satu cara mengeceknya dengan menggunakan alat pulse oximeter.

Namun, Erlina meminta masyarakat tak berbondong-bondong membeli pulse oximeter.

"Kalau di rumah paling sederhana (periksa saturasi oksigen darah) pakai pulse oximeter dengan masukkan jari dan akan keluar saturasi berapa," kata Erlina.

Baca juga: Masyarakat Diminta Tak Ramai-ramai Beli Pulse Oximeter akibat Heboh Happy Hypoxia

Ia menekankan, happy hypoxia tidak akan dialami oleh semua orang. Sebab happy hypoxia hanya terjadi pada pasien Covid-19 yang bergejala.

Dengan demikian, masyarakat pun tak perlu berbondong-bondong membeli pulse oximeter.

"Jangan sampai salah, 'kalau begitu kita beli pulse oximeter', kayak dulu orang panik beli masker. Ini saya katakan, pulse oximetry bukan untuk orang sehat dan orang tanpa gejala (OTG)," kata Erlina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com