Caranya pun sederhana, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan. Ia mengimbau masyarakat memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
Baca juga: Kisah Pasien Covid-19 yang Alami Happy Hypoxia: Pneumonia Saya Jadi Lebih Berat
Ia mencontohkan, apabila ada dua orang bersama dan salah satunya sakit, risiko tertular bisa 100 persen jika tidak mengenakan masker.
Namun, apabila yang sehat memakai masker, kata dia, maka penularan pun hanya terjadi 70 persen. Sementara itu, apabila yang sakit yang mengenakannya, risiko penularan menjadi 5 persen.
"Tapi kalau yang sehat dan yang sakit pakai masker, risiko penularan tinggal 2 persen. Kalau jaga jarak tinggal nol persen. Untuk mempertahankan itu, tambahkan dengan cuci tangan sehingga agar terhindar tidak sakit Covid-19, jalankan 3M," ucap Erlina.
Waspadai happy hypoxia
Erlina mengingatkan bahwa gejala happy hypoxia atau berkurangnya saturasi oksigen dalam darah pada pasien Covid-19 harus diwaspadai.
Pasalnya, happy hypoxia akan membuat pasien Covid-19 mengalami penurunan kesadaran hingga berakibat fatal.
"Ini gejala yang harus diwaspadai. Biasanya kalau sudah terjadi hypoxia dalam waktu cukup lama, pasien akan mengalami penurunan kesadaran dan biasanya fatal akibatnya. Itu setelah berhari-hari," kata Erlina.
Baca juga: Happy Hypoxia Hanya Dialami Pasien Covid-19, Dokter: Jangan Tunggu Sesak
Erlina mengatakan, gejala yang dialami pasien Covid-19 sangat bervariasi. Ada yang hanya kehilangan penciuman, ada pula yang hanya mengalami pusing dan batuk.
Namun jika gejala-gejala tersebut makin bertambah, batuk terus-menerus, lemas, serta warna bibir atau ujung jari yang mulai kebiruan, maka dapat dipastikan saturasi oksigen pasien menurun.
Satu-satunya cara untuk membantu pasien adalah segera membawanya ke rumah sakit agar diberikan bantuan oksigen.
Pulse oximeter
Erlina mengatakan, salah satu diagnosis dari happy hypoxia dapat dilakukan melalui pemeriksaan analisis gas darah dan tekanan oksigen dalam darah. Salah satu cara mengeceknya dengan menggunakan alat pulse oximeter.
Namun, Erlina meminta masyarakat tak berbondong-bondong membeli pulse oximeter.
"Kalau di rumah paling sederhana (periksa saturasi oksigen darah) pakai pulse oximeter dengan masukkan jari dan akan keluar saturasi berapa," kata Erlina.
Baca juga: Masyarakat Diminta Tak Ramai-ramai Beli Pulse Oximeter akibat Heboh Happy Hypoxia
Ia menekankan, happy hypoxia tidak akan dialami oleh semua orang. Sebab happy hypoxia hanya terjadi pada pasien Covid-19 yang bergejala.
Dengan demikian, masyarakat pun tak perlu berbondong-bondong membeli pulse oximeter.
"Jangan sampai salah, 'kalau begitu kita beli pulse oximeter', kayak dulu orang panik beli masker. Ini saya katakan, pulse oximetry bukan untuk orang sehat dan orang tanpa gejala (OTG)," kata Erlina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.