JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan mengatakan, kasus Covid-19 mengalami kenaikan dengan cepat saat lebih dari 50 persen penduduk keluar rumah.
Hal ini berdasarkan perbandingan situasi di DKI Jakarta saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan dan setelah PSBB dilonggarkan.
"Kalau kita bandingkan antara mobilitas penduduk dengan jumlah kasus baru harian Covid-19, terlihat begitu 50 persen atau lebih orang keluar dari rumah, kasusnya naik dan naiknya cepat," ujar Iwan dalam talkshow daring bersama Satgas Penanganan Covid-19 yang disiarkan di kanal YouTube BNPB, Jumat (11/9/2020).
Secara teknis, hal ini terjadi karena pada saat PSBB sebanyak 60 persen masyarakat tinggal di rumah.
Baca juga: Ridwan Kamil Ingatkan Kepala Daerah Berhati-hati Umumkan PSBB
Namun, ketika PSBB dilonggarkan, penduduk yang keluar rumah mencapai lebih dari 50 persen.
"Saat itu kasusnya naik dengan cepat. Jadi benar bahwa semakin berkurang penduduk yang di rumah, semakin naik kasus barunya," lanjut Iwan.
Dengan demikian secara teknis untuk menekan laju penularan Covid-19 saat ini perlu diperbanyak penduduk yang tinggal di rumah. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan PSBB.
Sebab, kata Iwan, PSBB diberlakukan menurut aturan sehingga relatif lebih mudah untuk ditaati.
Akan tetapi, menurutnya PSBB pun tidak bisa dilakukan secara terus-menerus.
Baca juga: Covid-19, Anies Baswedan, dan Polemik PSBB Jakarta...
"Suatu saat kan mesti dilonggarkan. Nah saat dilonggarkan, harus digantikan dengan protokol kesehatan," tutur Iwan.
"Protokol kesehatan itu harus dilakukan dengan cakupan yang tinggi, disiplin dan secara benar," tambahnya.
Sebelumnya, Iwan mengatakan bahwa ada korelasi antara pergerakan penduduk dengan tingginya penambahan kasus positif Covid-19.
Jika mobilitas penduduk tinggi di suatu waktu, maka jumlah kasus Covid-19 semakin banyak pada waktu tersebut.
Baca juga: Ketua IDI: PSBB Kota Bekasi Tidak Perlu Total Banget
"Kita lihat ada korelasi antara pergerakan penduduk dengan jumlah kasus. Artinya semakin banyak penduduk bergerak, jumlah kasus Covid-19 itu makin banyak pada hari itu," ujar Iwan pada Jumat.
Menurut Iwan, pergerakan masyarakat bisa dilihat secara harian maupun ketika libur panjang.
Pergerakan harian dengan intensitas tinggi biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari.
"Yakni pada saat orang berangkat ke kantor pagi hari dan ketika pulang dari kantor di siang hari," tuturnya.
Lalu, ketika libur panjang, pergerakan masyarakat biasanya terjadi dari kota-kota besar ke luar kota atau ke daerah.
Baca juga: DKI Jakarta PSBB Total, Ini Jadwal Perjalanan Kereta dan KRL Saat Ini
Selain rekreasi, pergerakan ketika libur panjang juga untuk kembali ke kampung halaman.
Iwan lantas mencontohkan, kondisi di DKI saat PSBB pertama kali dilakukan. Kemudian, kondisi itu diperbandingkan dengan PSBB masa transisi atau ketika sudah dilonggarkan.
Dari perbandingan itu terlihat kondisi pergerakan penduduk saat pelonggaran PSBB semakin tinggi yang diikuti naiknya jumlah kasus positif Covid-19.
"Inilah yang dari sisi epidemiologi mengkawatirkan. Sebab, ini akan meningkatkan kasus. Maka kita harus cegah supaya kasus tidak naik," kata Iwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.