JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan mengatakan, ada korelasi antara pergerakan (mobilitas) penduduk dengan tingginya penambahan kasus positif Covid-19.
Jika mobilitas penduduk tinggi di suatu waktu, jumlah kasus Covid-19 semakin banyak pada waktu tersebut.
"Kita lihat ada korelasi antara pergerakan penduduk dengan jumlah kasus. Artinya semakin banyak penduduk bergerak, jumlah kasus Covid-19 itu makin banyak pada hari itu," ujar Iwan dalam talkshow bersama Satgas Penanganan Covid-19 yang ditayangkan secara daring di kanal YouTube BNPB, Jumat (10/9/2020).
Baca juga: Satgas: 64,18 Persen Kasus Covid-19 Ada di Jawa-Bali
Menurut Iwan, pergerakan masyarakat bisa dilihat secara harian maupun ketika libur panjang.
Pergerakan harian dengan intensitas tinggi biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari.
"Yakni pada saat orang berangkat ke kantor di pagi hari dan ketika pulang dari kantor di siang hari," kata dia.
Lalu, saat libur panjang, pergerakan masyarakat biasanya terjadi dari kota-kota besar ke luar kota atau ke daerah.
Selain rekreasi, pergerakan saat libur panjang juga untuk kembali ke kampung halaman.
Iwan lantas mencontohkan, kondisi di DKI saat PSBB pertama kali dilakukan. Kemudian, kondisi itu dibandingkan dengan PSBB masa transisi atau ketika sudah dilonggarkan.
Dari perbandingan itu terlihat kondisi pergerakan penduduk saat pelonggaran PSBB semakin tinggi yang diikuti naiknya jumlah kasus positif Covid-19.
"Inilah yang dari sisi epidemiologi mengkawatirkan sebab ini akan meningkatkan kasus. Maka kita harus cegah supaya kasus tidak naik," kata Iwan.
Lebih lanjut Iwan mengatakan, pergerakan penduduk di seluruh Indonesia sebetulnya telah bisa dianalisis dengan melihat sumber data dari Google Mobility dan Facebook Geoinsight.
Baca juga: Demi Tampung Jenazah Covid-19, Lahan TPU Pondok Ranggon Diperluas 13.000 Meter Persegi
Pemantauan lewat kedua media itu bisa dilakukan dengan sistem sampel.
"Sehingga kami bisa tahu orang itu bergerak seberapa jauh atau berapa banyak orang yang tinggal di rumah saja. Nah itu tinggal kita korelasikan dengan data kasus harian yang kita peroleh," ujar dia.
"Dari situ kita bisa analisis dan lihat korelasinya antara pergerakan penduk dengan penambahan jumlah kasus," kata Iwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.