Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Komisioner Komnas HAM Mengenang Cara Munir Selesaikan Persoalan Kaum Tertindas...

Kompas.com - 07/09/2020, 15:10 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Mohammad Choirul Anam mempunyai seabrek kenangan terhadap sosok almarhum pejuang HAM, Munir Said Thalib.

Keduanya bisa dibilang memiliki hubungan yang cukup emosional.

Interaksi Anam dengan Munir cukup intens ketika ia masih bergelut sebagai volunteer Divisi Buruh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya Pos Malang sekira 1999-2000.

Pada periode tersebut, Munir sudah aktif di Jakarta. Namun, jarak yang membentang di antaranya keduanya tak menyurutkan perkawanan keduanya.

Beberapa kali Munir pulang ke Malang, Anam menjumpainya untuk mendiskusikan permasalahan yang dialami buruh, petani, hingga kaum miskin Kota Malang.

Baca juga: 16 Tahun Pembunuhan Munir, Pengusutan Diminta Tak Berhenti pada Aktor Lapangan

Dalam tiap pertemuannya, ia selalu meminta saran kepada Munir untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi kaum tertindas.

Melalui sebuah diskusi, Anam cukup kaget jika ternyata Munir bukan seorang teorik kelas berat ketika membongkar sebuah persoalan.

"Beberapa kali saya tanya, "kalau mendampingi buruh bagaimana caranya? Dengan petani bagaimana caranya?". Satu hal yang saya harapkan adalah penjelasan yang sangat kompleks dan teoritik, kelas berat. Tapi yang dijelasin malah begitu," ujar Anam dalam webinar "Munir: 16 Tahun Keadilan Lockdown", Senin (7/9/2020).

"Dia bilang, "yang penting ajak nongkrong, temenin, apapun yang dia bilang dengarkan, belajarlah dari mereka, belajarlah dari keuletan mereka, rasakan pedih mereka, jangan hanya pakai UU, kamu", gitu," ungkap pria kelahiran Malang, 25 April 1077 tersebut.

Baca juga: 16 Tahun Pembunuhan Munir, Komnas HAM Diminta Lakukan Penyelidikan Pro Justitia

Rentetan jawaban yang dikeluarkan Munir membuat Anam kaget. Pasalnya, Munir hanya menganjurkan memecahkan persoalan dengan mendengarkan hal sederhana.

Ia mengatakan, bahwa Munir menginginkan agar menyelesaikan persoalan kaum tertindas jangan melulu berkerangka pada Undang-Undang (UU). Jika itu dilakukan, justru akan memenjarakan langkah perjuangan.

"Waktu itu, dalam benak, saya menolak jawaban-jawaban itu, walaupun saya nggak bisa melawan argumentasinya, tapi saya lakukan," kata Anam.

Anam baru menyadari saran Munir ketika keduanya sering bersama-sama bepergian menggunakan kereta api dari Malang menuju Jakarta, begitu juga sebaliknya.

Setiap tiba di stasiun, Munir selalui menjumpai petugas peron maupun menemui pedagang loakan di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.

Baca juga: Mengenang 16 Tahun Wafatnya Munir, Pejuang Kemanusiaan

Dalam interaksi dengan masyarakat bawah tersebut, ia sadar jika Munir tengah menunjukan betapa banyaknya peraturan yang tak sesuai fakta di lapangan.

Hal itu terlihat dengan banyak masyarakat yang hidupnya tertekan karena tidak adanya kehadiran negara.

"Akhirnya saya mengerti, memang alat kekuasaan itu bisa dengan UU, alat kekuasaan itu untuk merampas hak, bahkan untuk melakukan pendzoliman itu bisa melalui struktur negara dan kekuasaan dan sebagainya," kata Anam.

Menurutnya, dalam menyelesaikan permasalahan, Munir selalu berangkat dari hal yang sederhana.

Ia mengatakan, ungkapan sederhana yang diucapkan Munir juga menandaskan, bahwa tata kelola negara sebetulnya bisa dilakukan dengan cara sederhana.

Caranya adalah dengan menjadikan keadilan sebagai landasan dalam mengelola negara.

"Cak Munir bilang keadilan itu harus menjadi dasar tata kelola negara," terang Anam.

Baca juga: 16 Tahun Terbunuhnya Munir, Komnas HAM Usul 7 September Jadi Hari Perlindungan Pembela HAM

"Keadilan yang bagaimana yang bisa menjadi tata kelola negara? Ya, keadilan yang mendengarkan suara-suara rakyat, keadilan dari suara-suara yang lahir dari mengkritiki produk kebijakan," jelas Anam.

Munir diketahui tewas setelah hasil autopsi menunjukkan ada jejak-jejak senyawa arsenik di dalam tubuhnya.

Sejumlah dugaan menyebut bahwa Munir diracun dalam perjalanan Jakarta-Singapura, atau bahkan saat berada di Singapura.

Pemberitaan Harian Kompas 8 September 2004 menyebutkan, Munir meninggal dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta ke Amsterdam melalui Singapura, atau sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda, pukul 08.10 waktu setempat.

Pesawat GA-974 berangkat dari Jakarta, Senin pukul 21.55, lalu tiba di Singapura hari Selasa pukul 00.40 waktu setempat.

Baca juga: Cerita di Balik Museum HAM Omah Munir, Suciwati: Jadi Rumah Pepeling

Setelah itu, pesawat melanjutkan perjalanan ke Amsterdam pukul 01.50.

Namun, tiga jam setelah pesawat lepas landas dari Bandara Changi, seorang pramugara senior bernama Najib melapor kepada pilot Pantun Matondang bahwa Munir yang saat itu duduk di kursi nomor 40G sakit.

Ada seorang dokter yang duduk di kursi nomor 1J yang ikut dalam perjalanan tersebut kemudian menolongnya.

Akan tetapi, nyawa Munir tak bisa ditolong ketika dua jam menjelang pesawat akan mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com