JAKARTA, KOMPAS.com - Kejaksaan Agung menduga, jaksa Pinangki Sirna Malasari tidak menerima langsung uang dari Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra.
Suap tersebut diduga diberikan melalui perantara, yaitu Andi Irfan Jaya yang baru saja ditetapkan sebagai tersangka.
“Dugaannya sementara ini tidak langsung ke oknum jaksa tetapi diduga melalui tersangka yang baru ini (Andi),” ujar Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Hari Setiyono di Kompleks Kejagung, Jakarta Selatan, Rabu (2/9/2020).
Baca juga: Kejagung Tetapkan Pengusaha Andi Irfan Jaya sebagai Tersangka Kasus Pinangki
Maka dari itu, Kejagung menduga adanya pemufakatan jahat antar-tersangka.
Andi pun dijerat dengan Pasal 15 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pemufakatan tersebut diduga terkait dengan kepengurusan fatwa ke Mahkamah Agung (MA) yang belakangan diketahui tidak berhasil.
Fatwa tersebut diurus agar Djoko Tjandra tidak dieksekusi dalam kasus pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali.
“Sementara ini dugaannya adalah melalui inilah uang itu nyampe ke oknum jaksa (Pinangki) sehingga diduga ada pemufakatan jahat,” ucap dia.
Dalam kasus ini, Pinangki diduga menerima uang suap sebesar 500.000 dollar Amerika Serikat atau jika dirupiahkan sebesar Rp 7,4 miliar.
Sementara itu, penyidik Kejagung masih menelusuri apakah Andi turut menerima uang dari Djoko Tjandra atau tidak.
Baca juga: KPK Siap Ambil Alih Kasus Jaksa Pinangki jika Penuhi Syarat
Hari mengatakan, penyidik masih mendalami kasus tersebut lebih lanjut.
Pada hari ini, Andi awalnya diperiksa sebagai saksi untuk perkara Pinangki tersebut.
Lalu, dari hasil pemeriksaan yang didapat penyidik, Andi ditetapkan sebagai tersangka. Ia kini ditahan di Rutan cabang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kejagung menyebutkan bahwa Andi diduga merupakan pekerja swasta. Andi pun sempat disebutkan sebagai teman dekat Pinangki.
Hari mengatakan, dari temuan sementara Kejagung, tersangka yang mengenal Andi adalah Pinangki.