JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, kampanye diversifikasi atau penganekaragaman pangan harus lebih digencarkan.
Kampanye tersebut dibutuhkan, kata dia, untuk mengurangi ketergantungan atas konsumsi beras sehingga pemenuhan pangan tidak selalu harus dengan beras.
Pasalnya, di Indonesia masih banyak komoditas lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan pangan pokok selain beras.
"Untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras, diperlukan kampanye diversifikasi atau penganekaragaman pangan," kata Ma'ruf saat memberi sambutan di acara Simposium Nasional yang digelar Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar secara daring, Selasa (1/9/2020).
"Pemenuhan pangan tidak selalu beras karena masih banyak komoditas lain di setiap daerah," ujar Ma'ruf Amin.
Baca juga: Antisipasi Krisis Pangan, Wapres: Optimalkan Lahan Pertanian
Ma'ruf mengatakan, Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan biodiversitas agraris.
Salah satu kekayaan sumber daya alamnya, kata dia, berupa ragam sumber hayati penghasil karbohidrat tinggi.
"Saat ini terdapat 100 jenis pangan sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan yang tersebar di Tanah Air," kata dia.
Ketergantungan terhadap beras dengan beralih ke pangan lainnya dibutuhkan mengingat pada masa pandemi Covid-19 ini, kata dia, diperkirakan produksi beras akan lebih kecil dibandingkan tahun 2018 dan 2019.
Salah satu penyebabnya adalah banyaknya alih fungsi lahan sawah sehingga membuat produksi beras menurun.
Pasalnya, alih fungsi lahan tidak hanya terjadi di masa pandemi Covid-19, tetapi sudah berlangsung jauh sebelum itu.
Baca juga: Banyak Alih Fungsi Lahan, Wapres Sebut Ketahanan Pangan Jadi Tantangan
Data Kementerian ATR/BPN menunjukkan, luas lahan baku sawah menurun dari 7,75 juta hektar pada tahun 2013 menjadi 7,46 juta hektar pada tahun 2019.
Sementara itu, menurut perhitungan BPS, luas panen dengan menggunakan metode kerangka sampel area (KSA) menurun dari 11,38 juta hektar menjadi 10,68 juta hektar pada tahun 2019.
"Itu diperkirakan akan menurun lagi menjadi 10,48 juta hektar pada tahun 2020. Mengamati perkembangan ini maka rata-rata sawah hanya ditanami sebanyak 1,4 kali," kata dia.
Ditambah lagi, prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun ini juga terjadi terjadi musim kemarau yang lebih kering mulai Juni 2020.
Setidaknya, terdapat 30 persen wilayah pertanian yang akan mengalami kemarau lebih kering.
Baca juga: Wapres Sebut Produksi Beras Diperkirakan Akan Lebih Sedikit Tahun Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.