Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Epidemiologi: Jangan Euforia Seolah Vaksin Covid-19 Sudah Ada

Kompas.com - 29/08/2020, 12:46 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar mengatakan, masyarakat dan pemerintah berharap vaksin Covid-19 bisa diproduksi akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.

Namun, ia mengingatkan, agar masyarakat dan pemerintah tak terlalu euforia seolah vaksin Covid-19 di Indonesia sudah mulai diproduksi. Euforia itu berdampak pada pengabaian protokol kesehatan.

"Cuma jangan jadi euforia seolah-olah vaksin sudah ada di sini sehingga penduduk menjadi longgar, oh vaksin sudah di depan mata yuk kita belanja lagi, saya pikir peran pemerintah jangan sampai itu jadi euforia," kata Juhaeri dalam diskusi secara daring bertajuk 'Jakarta dan Dunia Memerah Lagi' pada Sabtu (29/8/2020).

Baca juga: Vaksin Covid-19 dari Seluruh Dunia Akan Diterima WHO Pekan Depan

Juhaeri mengatakan, dari segi ilmiah proses pembuatan vaksin memakan waktu berbulan-bulan.

Menurut Juhaeri, meski vaksin siap diproduksi, prosesnya tidak mudah.

"Setelah pengujian terakhir yang ke-3 prosesnya akan berbulan-bulan sampai kita siap, kalau kita sudah siap itu enggak gampang diproduksi alat suntik ya enggak gampang diproduksi, jadi hal-hal itu perlu dipertimbangkan," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Tim riset vaksin Covid-19 akan mempercepat proses pemeriksaan para relawan dengan menambah frekuensi pengetesan. Targetnya, agar vaksin itu bisa mulai diproduksi oleh Biofarma pada akhir tahun nanti.

Baca juga: Cerita Ridwan Kamil Usai Disuntik Vaksin Covid-19

Hal itu diungkapkan Ketua Tim Riset Vaksin dari Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Selasa (26/8/2020) kemarin.

Menurut Kusnadi, saat ini tim riset akan menambah pemeriksaan relawan hingga dua kali lipat.

"Jadi umpamanya dalam satu tempat penelitian itu dimulai pukul 11.00 WIB, nah nanti kita minta dua kali dari jam 11 sampai jam 15.00 WIB misalnya. Jadi surveinya dua kali lipat lebih cepat," ujar Kusnandi.

Dengan menambah jumlah pemeriksaan, kata dia, pada bulan Oktober mendatang laporan hasil tes sudah tersusun.

"Sehingga pada akhir tahun ini kita bisa siap produksi vaksin," tambahnya.

Ia menjelaskan, uji klinis dikebut lantaran sampai saat ini belum ada obat yang secara ilmiah dan efektif bisa menyembuhkan pasien yang terpapar Covid-19.

Baca juga: UI Minta Pemerintah Perbaiki Komunikasi Risiko Terkait Covid-19

"Kita belum punya obat, orang sudah bergelimpangan, jadi saya butuh subyek yang cukup, jadi ditambah saja subjeknya. Jadi sudah memenuhi kriteria daripada statistik," kata guru besar Universitas Padjadjaran itu.

Sejauh ini, lanjut Kusnandi, belum ada keluhan yang dirasakan oleh subjek yang telah disuntikkan kandidat vaksin tersebut. Meski demikian, proses pemantauan akan tetap dilaksanakan untuk melihat kemungkinan adanya efek samping.

"Happy-happy saja mereka, bisa jalan kemana-kemana. Malah saat kita telepon bagaimana reaksinya, biasa saja. Dia bilang, 'saya lagi jalan-jalan' kemana gitu, tetap kita pantau semuanya," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com