Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei IPI: Elektabilitas Gibran pada Pilkada Solo 36,8 Persen

Kompas.com - 27/08/2020, 23:00 WIB
Sania Mashabi,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesian Public Institute (IPI) melakukan survei terhadap elektabilitas bakal calon Wali Kota pada Pilkada Solo 2020. Survei dilakukan pada 3 Agustus hingga 7 Agustus 2020.

Berdasarkan survei tersebut putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, memiliki tingkat elektabilitas sebesar 36,8 persen.

"Dalam pertanyaan top of mind, spontanitas. Tokoh yang paling banyak dipilih oleh masyarakat Solo adalah Gibran Rakabuming Raka," kata Direktur Eksekutif IPI Karyono Wibowo melalui telekonferensi, Kamis (27/8/2020).

Baca juga: Dukungan Parpol dan Keyakinan Putra Jokowi pada Pilkada Solo...

Saat survei, responden diberi pertanyaan, seandainya pemilihan langsung Kota Solo dilaksanakan hari ini, siapa calon wali kota yang akan dipilih.

Namun, surveyor tidak menyebut nama bakal calon, kemudian responden secara spontan diminta menyebutkan nama.

Setelah Gibran, muncul nama Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo dengan 3,9 persen, bakal calon wali kota dari jalur independen Bagyo Wahyono 1,3 persen dan Teguh Prakosa 0,8 persen.

Kemudian Rudy Hadyatmo 0,6 persen dan Hadi Rudyatmo 0,4 persen. Dua nama ini merujuk pada Wali Kota Solo saat ini, Hady Rudyatmo.

Sementara, 10,3 persen responden menyatakan rahasia dan  45,9 persen belum memutuskan.

"Bagyo Wahyono yang sekarang jadi penantang Gibran, 1,3 persen," ucap Karyono.

Baca juga: Anak dan Menantu Jokowi di Panggung Pilkada 2020

Survei ini dilakukan pada 440 responden menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error atau tingkat kesalahan 4,8 persen.

Survei dilakukan dengan model wawancara tatap muka langsung menggunakan kuesioner. Proses wawancara tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Sebagai informasi, IPI merupakan lembaga riset dan kajian tentang sosial, politik, kepemiluan, dan kebijakan publik yang berdiri sejak 2013.

Baca juga: Megawati: Banyak Survei di Pilkada Kurang Obyektif dan Dibayar

Peneliti IPI terdiri dari beragam latar belakang keahlian dan profesi dari pegiat demokrasi, peneliti sosial politik hingga kebijakan publik.

Modal survei IPI didapatkan secara kombinasi antara mandiri dan permintaan klien.

Namun, Karyono memastikan, meski ada survei yang didanai klien atau partai politik, validitas data akan tetap terjaga.

IPI juga belum tergabung dalam Perhimpunan Lembaga Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) ataupun Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (Aropi).

Karyono mengatakan, IPI sedang dalam proses pendaftaran antara Persepi dan Aropi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com