KOMPAS.com – “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya…”
Sepenggal lirik lagu Indonesia Raya ini jadi inspirasi Ruhandi (35) dalam membangun desa. Ia ingin tanah kelahirannya maju dan masyarakatnya sejahtera.
Namun bagi Ruhandi, konsep membangun desa tidak sekadar pembangunan infrastruktur.
Bukan pembangunan jalan dan gedung-gedung yang ia utamakan, atau menarik investor untuk mendirikan industri di sekitar desa. Seperti lirik lagu Indonesia Raya tadi, Ruhandi ingin membangun jiwa-jiwa masyarakat desa melalui literasi.
“Bagi saya tidak apa-apa orang-orang tidak merasa ada pembangunan fisik, tapi manusianya berubah. Maka sumber daya manusianya yang disentuh,” ujar Ruhandi, Kamis (20/8/2020).
“Berarti kan kalau bangunlah jiwanya, kita harus membangun manusianya dulu. Setelah itu membangun badan (infrastruktur),” ucapnya.
Ruhandi merupakan Kepala Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Ia terpilih sebagai salah satu dari 75 penerima Apresiasi Ikon Prestasi Pancasila Tahun 2020 dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Penghargaan itu ia terima atas kiprahnya dalam gerakan literasi yang dimulai sebelum menjabat sebagai kepala desa pada 2015.
Awalnya, Ruhandi tergerak untuk membantu anak-anak di Desa Warungbanten yang tidak bisa sekolah karena kendala biaya.
Gaji dari pekerjaannya di Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ia sisihkan untuk membiayai anak-anak putus sekolah.
Ketika terpillih sebagai kepala desa, Ruhandi mulai mengumpulkan anak-anak muda yang aktif di organisasi kepemudaan. Bersama 25 relawan, ia berkeliling kampung mengumpulkan buku-buku yang sudah tidak terpakai.
Kemudian, ia membuat tempat untuk anak-anak berkumpul, bermain dan belajar.
Baca juga: Lapak Taman Baca Gratis di Stasiun Dibongkar, Pegiat Literasi Ini Dilarikan ke RS
“Dulu saya tidak mengerti yang namanya TBM (Taman Bacaan Masyarakat) dan perpustakaan desa. Saya juga tidak mengerti apa itu literasi,” kata Ruhandi.
“Yang saya tahu itu hanya mengumpulkan buku, kita panggil anak-anak, tiap hari Minggu kita belajar bareng,” tutur dia.
Kegiatan yang berlangsung tiap akhir pekan itu ia dokumentasikan lalu diunggah di akun media sosialnya. Ruhandi juga menuliskan gagasan-gagasannya dalam membangun desa.
Suatu ketika, unggahan Ruhandi mendapat respons dari sejumlah pegiat literasi di Provinsi Banten. Sejak saat itu Ruhandi banyak bertemu dan bertukar pikiran dengan pegiat literasi lainnnya.
“Mereka bikin kegiatan di sini, kirim buku dan menjelaskan apa itu TBM. Akhirnya, kita sepakati bikin TBM Kuli Maca, sekitar tahun 2015,” ucap Ruhandi.
Menurut Ruhandi, literasi merupakan syarat utama dalam pengembangan masyarakat secara optimal. Dengan pendidikan, warga juga mampu meningkatkan perekonomian dengan tetap berpegang pada kearifan lokal.
Ia meyakini kegiatan literasi tidak sebatas pada membangkitkan minat baca, tapi juga usaha untuk memberdayakan masyarakat.
Baca juga: Kasus Video Hadi Pranoto dan Anji, Literasi Masyarakat Jadi Sorotan
Dalam perkembangannya, TBM Kuli Maca tidak hanya menjadi tempat anak-anak membaca buku, tapi juga sebagai forum warga untuk berdiskusi dan menggali potensi desa.
Buku-buku yang diterima dari donasi berbagai pihak juga bermacam-macam. Dari buku cerita anak, sastra hingga soal pengembangan potensi pertanian.
“Banyak yang bisa dilakukan dengan menggali potensi yang ada, karena selama ini kan potensi desa itu tidak pernah dipikirkan,” kata laki-laki kelahiran 7 Maret 1985 itu.
Melalui kegiatan literasi, Ruhandi selalu mendorong warga untuk melestarikan pangan lokal dan pertanian alami serta menghindari penggunaan pupuk kimia.
Tujuannya, agar warga desa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan, sekaligus menjaga kelestarian alam.
Kemudian ia juga berupaya membangkitkan lagi usaha perternakan warga. Pasalnya, tinggal sedikit warga yang masih menjalankan kebiasaan berternak.
Selain bertani, warga cenderung memilih mencari emas di lubang-lubang bekas perusahaan tambang untuk menambah pendapatan.
Desa Warungbanten memang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil emas. Meski, PT Aneka Tambang (Antam), salah satu anak perusahaan BUMN, tidak lagi beroperasi di Warungbanten.
Baca juga: 2 Tantangan OJK dalam Meningkatkan Literasi Keuangan di Indonesia
Hingga kini, Ruhandi terus berupaya membangkitkan kesadaran warganya untuk berdikari dan mandiri. Ia berharap suatu saat pembangunan desa diinisiasi oleh masyarakatnya sendiri.
Pembangunan desa yang selaras dengan tradisi leluhur dan kelestarian lingkungan. Mengutip pernyataan Mohammad Hatta, Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta. Tapi, Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di desa.
“Target saya itu yang membangun (desa) bukan lagi pemerintah. Suatu hari nanti, kita sudah tidak lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah, tapi orang Warungbanten yang sudah memikirkan sendiri, bagaimana cara membangun desanya,” ujar Ruhandi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.