Ada hal yang menarik dari pernyataan Hadi Pranoto yang diunggah di kanal YouTube Anji dalam video berjudul "Bisa Kembali Normal? Obat Covid-19 Sudah Ditemukan!!" itu.
Ia mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan penelitian tentang antibodi Covid-19 jauh sebelum virus corona masuk ke Indonesia.
"Riset kami sudah sejak 2000. Kita sudah lama sekali mempelajari virus ini dan kita kembangkan terus menerus," kata Hadi Pranoto seperti dilansir dari Tribunnews.com, Minggu (2/8/2020) lalu.
"Dan setelah virus ini meledak di Wuhan awal 2019, kita bisa mengidentifikasi jenis dan genetik Covid-19 itu dan kita cocokan dengan herbal yang kita punya," imbuh dia.
Baca juga: Anji Minta Maaf Telah Membuat Kegaduhan
Tak hanya itu, Hadi Pranoto juga mengklaim telah melakukan penelitian terhadap MERS dan SARS, yang juga sempat menjadi wabah sebelum Covid-19.
Klaim tersebut diragukan oleh Dosen dan peneliti di Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, dr Mohamad Saifudin Hakim.
Pasalnya, penelitian terkait virus tidak bisa dilakukan di sembarang tempat.
"Labnya (dia) itu di mana? Tidak bisa meneliti virus cuma di dapur, atau di bengkel. Tidak seperti itu. Orang meneliti virus kan harus di lab dengan tingkat keamanan yang sesuai, itu kalau dia mau patuh terhadap Undang-Undang. Tidak mungkin kita meneliti virus berbahaya, apalagi selevel SARS atau MERS yang itu adalah patogen," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/8/2020).
Baca juga: 3 Kontroversi Anji Terkait dengan Pandemi Covid-19
Ia menjelaskan, patogen diklasifikasikan menjadi empat grup berdasar level bahayanya. SARS dan MERS tergolong dalam grup tiga, karena berpotensi menyebabkan penyakit sangat serius pada manusia.
"Padahal kalau menemukan antibodi itu klaim yang luar biasa. Penelitiannya sendiri harus dilakukan di laboratorium dengan tingkat proteksi keamanan tinggi, dan itu pun tidak banyak di Indonesia," kata Saifudin.
Tak hanya soal penelitian, latar belakang Hadi Pranoto yang mengaku sebagai seorang profesor pun dipertanyakan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto.
"Sekarang dia ada di mana dan profesor dari mana? Coba cari jurnalnya di Google, ada enggak nama dia?" kata Yuri saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/8/2020).
Baca juga: Soal Klaim Obat Covid-19 Hadi Pranoto, Achmad Yurianto: Ini Pembodohan