Situasi ini pun diperburuk saat terjadi pandemi Covid-19. Para perempuan ini tetap harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Dampaknya amat terasa bagi perempuan kepala keluarga. Sebab, mereka harus berjuang sendiri dalam situasi krisis," kata Direktur Yayasan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka), Nani Zulminarni.
Nani mengatakan, masih banyak juga kepala keluarga perempuan yang hidup dalam kemiskinan.
Penyebabnya karena ada konflik atau merantau. Kemudian perempuan yang dalam perkawinan tapi tak tercatat karena menikah siri.
Baca juga: Pandemi Covid-19, Kepala Keluarga Perempuan Disebut Kian Terpuruk
Ada juga perempuan menjadi kepala keluarga karena ditinggal suami dan rata-rata hidup dalam kemiskinan. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki kartu keluarga.
"Mayoritas perempuan kepala keluarga berasal dari masyarakat menengah ke bawah dan berpendapatan di bawah Rp 1 juta per bulan mereka umumnya bekerja di sektor informal seperti buruh tani pedagang kecil dan pekerja rumah tangga," ujarnya.
Ia melanjutkan, perempuan yang menjadi kepala keluarga banyak yang tidak tersentuh pemerintah.
BPS mendefinisikan kepala rumah tangga adalah orang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggungjawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai kepala rumah tangga.
Sedangkan yayasannya mendeskripsikan perempuan kepala keluarga sebagai perempuan yang melaksanakan peran dan tanggungjawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, menjaga keberlangsungan kehidupan, keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga.
Nani mengatakan, meski jumlah kepala keluarga perempuan cukup besar, namun pengakuan akan kepala keluarga perempuan masih jauh dari yang diharapkan.
Padahal, perempuan kepala keluarga tersebut bekerja untuk mencari nafkan bagi keluarganya. Bahkan stigma negatif akan janda masih tinggi.
"Stigma soal janda tidak berkurang masih kental di masyarakat," ucap Nani.
Melihat hal itu, Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial, Rachmat Koesnadi mengklaim bahwa pihaknya sudah memberi bantuan pada kepala keluarga perempuan yang terdampak pandemi Covid-19.
Bantuan itu, kata dia, diberikan melalui program keluarga harapan (PKH).
"Penerima program keluarga harapan itu ada 10 juta keluarga penerima manfaat. dan penerima bantuan adalah ibu-ibu, istri dari suami, atau dia single parents perempuan," kata Rachmat kepada Kompas.com, Senin (3/8/2020).