JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Komunikasi Publik Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Arie Rukmantara mengatakan, sejarah mencatat adanya rentang waktu terjadinya pandemi flu selama 11 hingga 50 tahun sekali.
Hal tersebut dituliskan dalam buku sejarah pandemi yang ditulisnya berjudul "Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda".
Dalam teori di kesehatan hewan, kata dia, setiap 18 bulan bisa ditemukan penyakit-penyakit baru.
Baca juga: Satgas: Tidak Ada Organisasi atau Orang yang Konsisten Sebarkan Pandemi
Selama pandemi Covid-19 ini pun, sudah banyak ditemukan penyakit baru.
"Dari tahun 1700 ada interval kelihatan paling tidak 50 tahun sekali atau 11 tahun sekali, kita ketemu pandemi flu," kata Arie dalam konferensi pers di BNPB, Senin (3/8/2020).
Ia mencontohkan, pandemi flu yang terjadi pada tahun 1957-1968, termasuk pada tahun 1918 yang paling luar biasa karena menewaskan puluhan juta orang.
Kemudian, kata dia, terjadi lagi dalam 41 tahun di interval waktu tersebut, yakni antara 1968-2009 hingga 11 tahun kemudian yakni tahun 2020 terjadi lagi pandemi Covid-19 yang saat ini berlangsung.
Namun, dalam rentang waktu 11 tahun tersebut, sebenarnya juga terjadi pandemi-pandemi lain seperti Ebola di Afrika pada tahun 2014, MERS-CoV di Arab Saudi pada 2012.
Pengulangan pandemi ini pula, kata Arie, yang menyebabkan sulit untuk menemukan kelompok orang yang berkonspirasi menyebarkan virus-virus penyebab pandemi.
Ia mengatakan hal itu karena pandemi Covid-19 ini juga tak terlepas dari tudingan konspirasi atau propaganda.
"Jadi sebenarnya pandemi itu berulang. Ini yang agak sulit mencari atau menemukan orang yang konsisten dari tahun 1700 sampai 2020 melakukan konspirasi, menaruh virus di mana-mana di seluruh dunia," tutur dia.
Baca juga: Jokowi: Pandemi Covid-19 Momentum Percepat Transformasi Digital
Arie juga memastikan bahwa berdasarkan arsip sejarah, pandemi yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu semuanya bersifat sporadis.
Kemunculannya pun bisa terjadi di mana saja, seperti di Mesir, Yunani, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan di bagian dunia lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.