Menurut Rikard, kepedulian Ojong itu tak lepas dari Sosialisme Fabian yang ia anut. Berdasarkan pemikiran itu, setiap harta dan pekerjaan selalu ada perspektif sosialnya.
"Jadi partisipasi kerja itu akan ada timbal baliknya untuk merasakan bersama sehingga kebersamaan itu ditumbuhkan juga dengan cara-cara itu," kata Rikard.
Kompas Gramedia memperingati 100 tahun lahirnya salah satu pendiri Kompas Gramedia, PK Ojong.
Menurut CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, PK Ojong banyak berperan dalam membangun Kompas Gramedia.
PK Ojong lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juli 1920. Ia meninggal pada 31 Mei 1980 dalam usia 59 tahun.
Semasa hidupnya, PK Ojong turut menaruh perhatian pada pendidikan, lingkungan, kualitas pangan, budaya, dan kepedulian sosial.
PK Ojong mencatatkan sejumlah peran penting sebagai seorang guru sekolah dasar, salah satu pendiri Universitas Tarumanagara, penggagas penghijauan Jakarta era Gubernur Ali Sadikin, kolektor karya seni, hingga menyokong pendirian Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
"PK Ojong adalah wartawan, cendekiawan, sekaligus guru bagi kita semua. Kisah hidupnya yang sarat teladan kerja keras, bertanggung jawab, peduli terhadap sesama serta karyawan, serta berintegritas patut diketahui dan terus dihidupi lintas generasi," ujar dia.
"Zaman dan bentuk boleh berubah, tetapi prinsip tetap sama," ucap Lilik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.