JAKARTA, KOMPAS.com - Semasa hidupnya, salah satu pendiri harian Kompas, Petrus Kanisius (PK) Ojong, menaruh perhatian pada berbagai bidang, seperti pendidikan, lingkungan, kualitas pangan, budaya, dan kepedulian sosial.
Ia menulis berbagai artikel saat menjadi jurnalis. Salah satu karya PK Ojong yakni tulisan serial Perang Dunia yang diterbitkan secara mingguan di majalah Star Weekly.
Kompas Gramedia kemudian mengumpulkan tulisan-tulisan itu, menelusuri bagian yang hilang, menyusun kembali, dan menerbitkannya dalam tiga jilid serial Perang Eropa Jilid I, Jilid II, dan Jilid III.
Baca juga: Peringatan 100 Tahun Lahirnya PK Ojong, Pembangun Falsafah Kompas Gramedia
Dalam memperingati 100 tahun PK Ojong, Kompas Gramedia menggelar webinar bincang buku Serial Perang Eropa Ingatan, Relevansi, dan Refleksi Keindonesiaan, Sabtu (25/7/2020).
Webinar ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni wartawan senior harian Kompas Ninok Leksono, dosen Ilmu Politik FISIP UI Nur Iman Subono, editor majalah kedirgantaraan Angkasa (1989-2003), pengajar Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UI Eduard Lukman, dan editor buku Perang Eropa Harzan Djajasasmita.
Moderator webinar, Patricius Canahar, mengatakan, jauh setelah Perang Dunia berakhir, PK Ojong secara rutin sudah membaca berbagai referensi buku, koranm dan bahan apa pun perihal perang di masa itu.
Kemudian, semasa pendudukan Jepang, yakni 1942-1945, PK Ojong merasa tersiksa.
"Sebab, kegiatannya banyak yang berkurang. Kemudian, bahan bacaan tentang perang juga mulai hilang karena digunting (disensor) oleh Jepang," ujar Patricius.
Baca juga: Lihat, 63 Lukisan Bali Koleksi PK Ojong di Bentara Budaya Jakarta
Salah satu informasi yang disensor penjajah Jepang itu adalah soal Perang Pasifik. Padahal, dirinya sudah secara rutin mengumpulkan informasi.
Yang menarik, kata Patricius, PK Ojong mengumpulkan informasi dari koran dengan cara menggunting berita-berita perang. Hasil artikel yang digunting itu lalu ditempel di buku berukuran besar.
"Pak Ojong juga memberikan catatan seperlunya pada artikel-artikel yang dia kumpulkan," kata Patricius.
Baca juga: Yang Dirindukan dari Sosok PK Ojong, Sang Pendiri Kompas...
Bahan-bahan inilah yang kemudian dia tulis ulang untuk tulisan bersambung bertajuk "Perang Eropa" di majalah Star Weekly.
Menurut Patricius, tulisan seri itu sangat digemari pembaca.
"Dari buku ini, kita bisa melihat keseriusan Pak PK Ojong dalam menelusuri berbagai referensi dan menuliskannya dalam bahasa yang santai," tuturnya.
Sementara itu, Eduard Lukman mengatakan, tulisan-tulisan yang ada dalam tiga jilid buku ini disusun pada 1950-an.
Dia mengapresiasi ketekunan OK Ojong dakam menelusuri referensi dan mencari bahan tulisan.
"Terbayang beliau menelusuri secara manual lalu diketik manual dengan mesin ketik. Namun, informasi yang dihasilkan sangat detail dari babak per babak Perang Eropa," tutur Eduard.
Baca juga: Jakob Oetama: Saya dan PK Ojong Tidak Terpisahkan
Eduard mengatakan, di tengah banyaknya referensi mengenai Perang Dunia, buku yang ditulis oleh PK Ojong ini bisa menjadi referensi informasi yang komprehensif.
PK Ojong lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juli 1920. Ia meninggal pada 31 Mei 1980 dalam usia 59 tahun.
Kompas Gramedia memperingati 100 tahun lahirnya salah satu pendiri Kompas Gramedia, yakni Petrus Kanisius (PK) Ojong.
Menurut CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, PK Ojong banyak berperan dalam membangun Kompas Gramedia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.