JAKARTA, KOMPAS.com - Usai tidak lagi menjadi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menjadi trending topic di Twitter pada Rabu (22/7/2020).
Mayoritas warganet mengucapkan terima kasih atas kinerja pria yang akrab disapa Yuri itu selama 140 hari melaporkan perkembangan kasus harian Covid-19 di Indonesia.
Sebagian warganet ada yang menyinggung peristiwa salah ucap atau pernyataan kontroversoal Yuri saat menjadi juru bicara pemerintah.
Namun, warganet juga mengenang penampilan Yurianto yang kerap mengenakan batik saat menyampaikan informasi Covid-19 setiap pukul 15.30 WIB.
Baca juga: Achmad Yurianto Diganti, Data Covid-19 Tak Dipaparkan Langsung, hingga Peran Reisa
Bahkan, ada yang khusus mengunggah kolase foto Achmad Yurianto dari hasil tangkapan layar kaca. Dalam foto itu, tampak Yuri yang mengenakan batik berbeda-beda setiap harinya.
Banyak warganet yang bertanya apakah Yuri pernah memakai batik yang sama. Ada pula yang menyangka koleksi batik yang dimiliki Yuri pasti sangat banyak.
Sebagian warganet lain menuliskan akan rindu dengan penampilan "Pak Yuri dan batiknya, lengkap memakai masker yang matching".
Perihal batik yang dikenakan Yuri ini juga sempat menjadi trending topic di media sosial pada April 2020.
Saat itu, warganet menyoroti penampilan Yuri yang memakai batik bermotif virus.
Baca juga: Achmad Yurianto Resmi Tinggalkan Posisi Jubir Pemerintah untuk Covid-19
Kompas.com sempat mengonfirmasi perihal penggunaan batik ini kepada istri Yurianto, Dwiretno Yuliarti.
Kepada Kompas.com, Yuliarti menceritakan perannya membantu memilihkan baju dan masker untuk suaminya.
Menurut Yuliarti, sebagai orang Jawa, dirinya dan suami merasa senang memakai batik. Terlebih saat ini model dan motif yang kian beragam.
"Pasti bangga pakai batik. Apalagi batik sekarang bagus-bagus," ujarnya kepada Kompas.com pada 18 April lalu.
Baca juga: Achmad Yurianto: Face Shield yang Dipakai Tanpa Masker Tak Maksimal Cegah Penularan Covid-19
Namun, Yuri selalu meminta pendapatnya untuk memadupadankan apa yang akan dipakai.
"Tidak dijadwalkan (pakai batik warna apa). Paling, pas mau berangkat Bapak tanya, 'Pakai yang mana ya?'," tutur Yuliarti.
"Terus diskusi sebentar untuk menentukan pilihannya. Simpel saja kok," kata dia.
Baca juga: Tak Lagi Jadi Jubir Penanganan Covid-19, Yurianto: Saya Fokus di P2P Kemenkes
Yuliarti juga mengungkap cerita di balik batik berwarna biru bermotif virus yang ramai diperbincangkan masyarakat.
Menurut Yuliarti, batik tersebut merupakan seragam dari acara kantor Kementerian Kesehatan.
"Batik virus itu seragam acara kantor. Dari program HIV-AIDS. Pita merah itu (motif dalam batik) kan lambang HIV-AIDS," ucapnya.
Baca juga: Yurianto: Kasus Positif Covid-19 Tanpa Gejala Harus Jadi Perhatian
Yuliarti berperan memberi saran saat Yuri memakai batik itu. Dia pun memuji warna dan motif batik tersebut.
"Alasannya karena warnanya bagus. Saya suka. Cakep kalau dipakai Bapak," tuturnya.
Untuk melengkapi penampilan Yuri, saat itu dirinya menyarankan suaminya memakai masker dengan warna senada.
Masker itu dijahit sendiri oleh Yuliarti.
"Saya tinggal menyesuaikan maskernya saja. Kebetulan ada Batik Bali warna biru. Biar matching," katanya.
Baca juga: Yurianto: Kasus Positif Covid-19 Tanpa Gejala Harus Jadi Perhatian
Sama halnya seperti Yurianto, Yuliarti juga berprofesi sebagai dokter. Keduanya merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Di sela-sela kesibukannya, Yuliarti senang menjalani hobi menjahit dan membuat berbagai kerajinan tangan. Hasil karyanya kerap diunggah di akun media sosialnya.
Beberapa baju yang dikenakan Yuri dalam penampilan di media juga dijahit sendiri oleh sang istri.
Yuliarti menuturkan, masker kain yang dipakai suaminya mayoritas dijahit sendiri olehnya.
"Kebetulan saya hobi mainan kain. Jadi koleksi kain percanya banyak," tuturnya.
"Ketika kita harus memakai masker kain, saya jahit saja kain-kain perca yang ada. Bapak tinggal pilih saja yang cocok dengan bajunya," ucap Yuliarti.
Baca juga: Ingatkan soal Microdroplet, Yurianto: Masker Mutlak Digunakan, Bukan Face Shield
Selain untuk keluarga, dia juga menjahitkan masker untuk rekan-rekannya.
Yuliarti mengungkapkan, banyak temannya ingin dibuatkan masker dari kain batik.
"Dan minta motifnya beda-beda. Pusing kan saya," katanya sambil bercanda.
"Akhirnya mulai belajar membatik sendiri. Mengalir begitu saja kok. Saya jahit masker awalnya karena ingin berbagi," kata Yuliarti.
Baca juga: Cerita Yurianto yang Dijuluki Pembawa Berita Kematian karena Sampaikan Data Covid-19
Saat Achmad Yurianto melihat ada masker batik yang dijahitnya, masker itu lantas dipakai.
Menurut Yuliarti, hal tersebut untuk memberi contoh bahwa masker kain bisa dibuat sendiri dengan bahan yang ada di rumah.
"Beliau berkenan memakainya. Untuk memberi contoh bahwa masker kain itu bisa dibuat sendiri dengan kain yang ada di rumah. Salah satunya batik," kata Yuliarti.
Namun, saat disinggung apakah jargon "Maskerku melindungimu, maskermu melindungiku" mungkin terinspirasi dari masker buatannya, Yuliarti menampik.
Baca juga: Pemerintah: Menurunkan Masker ke Dagu Sama Saja Tak Memakainya
Menurutnya, jargon itu murni ide suaminya.
"Itu Bapak saja, tanpa saya. Semoga bermanfaat untuk masyarakat ya," ujar Yuliarti.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah membubarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Sebagai gantinya, kini ada Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang berada di bawah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Satgas Covid-19 tetap dipimpin oleh Kepala BNPB Doni Monardo. Namun, terjadi pergantian posisi pada jabatan Juru Bicara Satgas Covid-19.
Sebelumnya, tugas sebagai jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 diemban oleh Achmad Yurianto.
Baca juga: Yurianto: Kasus Positif Covid-19 Tanpa Gejala Harus Jadi Perhatian
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.