Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andi Hartik
Wartawan

Wartawan, Tinggal di Malang, Jawa Timur | Kontributor Kompas.com | Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Brawijaya (UB)

Menjaga Nalar di Era Pasca-Kebenaran

Kompas.com - 18/07/2020, 14:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Media sosial juga andil dalam memunculkan era pasca-kebenaran karena sifatnya yang anonim sehingga meniadakan rasa kesopanan dan memudahkan provokasi dilakukan dengan kebencian, kemarahan dan ketakutan dengan mengaburkan fakta yang sebenarnya.

Dilihat dari perspektif retorika (Aristoteles, 385-323 SM), era pasca-kebenaran memungkinkan pathos atau faktor emosi lebih berpengaruh dari pada dua komponen lainnya, yaitu ethos atau karakter pembicara dan logos atau argumen logis yang merujuk pada fakta (Bruce McComiskey, 2017).

Oleh karenanya, kata tidak lagi harus merepresentasikan fakta untuk menjadi suatu kebenaran.

Memelihara nalar kritis

Lalu bagaimana supaya terhindar dari kebohongan-kebohongan atau hoaks-hoaks itu?

Bagaimanapun, kabar bohong bukan sekedar tentang bagaimana kebohongan itu dibuat dan disebarkan. Melainkan juga tentang bagaimana kebohongan itu diterima dan dicerna.

Pada konteks ini, dibutuhkan nalar kritis yang berbasis pada wawasan keilmuan atau pengetahuan.

Perpaduan antara nalar kritis dan wawasan keilmuan ini akan menyebabkan seseorang atau individu tidak mudah percaya dengan informasi yang diterimanya. Sekalipun, informasi itu dibingkai dengan logika yang masuk akal.

Cara mudah dan sederhana untuk menjaga nalar adalah disiplin verifikasi dengan cara berpengetahuan skeptis seperti yang selalu dilakukan wartawan saat menjalankan kerja liputan.

Menurut Kovach dan Rosenstiel (2010), di era banjir informasi, individu harus menjadi editor, penjaga pintu dan pengumpul informasi bagi dirinya sendiri. Sebab, arus informasi semakin deras melebihi derasnya berita yang disajikan oleh media massa yang sejauh ini berperan dalam menjadi penjaga pintu untuk pembacanya.

Kovach dan Rosenstiel (2010) menawarkan cara berpengetahuan skeptis dengan selalu menanyakan dan tahu bagaimana caranya menjawab sejumlah pertanyaan secara sistematis melalui disiplin verifikasi.

Sederhananya, kita tidak mudah mempercayai suatu informasi sebelum memeriksa dan memastikan bukti objektif yang ada pada informasi tersebut. Semoga kita terhindar dari bahaya “hidung panjang”.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com