JAKARTA, KOMPAS.com - Selain menjadi Kapolri, nama Hoegeng Iman Santoso juga tercatat pernah mengemban jabatan sebagai Kepala Jawatan Imigrasi Indonesia.
Jabatan ini merupakan karier pertamanya di luar korps sebagai seorang polisi.
Mantan Kapolri periode 1969-1971 itu mengemban posisi pucuk pimpinan Jawatan Imigrasi Indonesia sejak diangkat pada 19 Januari 1961 hingga awal Juni 1965.
Selepas menanggalkan jabatan tersebut, Hoegeng mengakui bahwa Jawatan Imigrasi Indonesia saat itu dikuasai oleh orang-orang yang justru di luar kepentingan Imigrasi.
Baca juga: Mengenang Jenderal Hoegeng, Kapolri Jujur dan Teladan Bhayangkara...
Apa maksudnya?
"Kantor Imigrasi saat itu tampaknya tidak dikuasai oleh orang Imigrasi sendiri," kata Hoegeng, dalam biografi Hoegeng, Polisi Idaman dan Kenyataan (1993) yang ditulis Abrar Yusra dan Ramadhan KH.
"Yang berkuasa justru orang-orang non-Imigrasi, di antaranya bagian intel TNI Angkatan Darat atau DPKN Kepolisian, Korps Polisi Militer, dan Kejaksaan Agung," ujar Hoegeng.
Selama mengemban jabatan tersebut, berbagai tantangan dihadapinya. Dalam buku Hoegeng, Polisi dan Menteri Teladan (2013) yang ditulis Suhartono, dituliskan bahwa Hoegeng memiliki cara kerja dan prosedur yang tegas selama mengepalai Jawatan Imigrasi Indonesia.
Baca juga: Cerita Jenderal Hoegeng Lolos dari Fitnah Berkat Catatan Harian
Akibat sikapnya tersebut, ia sampai-sampai dipanggil untuk menghadap Presiden Soekarno.
Penyebabnya, Soekarno menerima laporan dari Menteri Negara Oei Tjoe Tat, bahwa Hoegeng bersikap diskriminatif dan dituding anti-China.
Mendengar tudingan tersebut, Hoegeng pun terkejut. Ia kemudian melempar pertanyaan kepada Soekarno mengenai asal-muasal laporan tersebut.
Hoegeng juga mencoba menjelaskan apa yang terjadi sekaligus membantah tudingan yang dilontarkan kepadanya.
Baca juga: Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur yang Disebut Gus Dur dalam Humornya
Hoegeng mengatakan bahwa saat itu banyak imigran gelap dari Indo-China yang masuk ke Indonesia sebagai pengungsi dengan menggunakan perahu layar melalui perairan Indo-China.
Kedatangan mereka di tengah situasi Indonesia yang saat itu dalam kondisi ditimpa sejumlah persoalan. Mulai dari politik, ekonomi, sosial, hingga keamanan.
Atas dasar itu, Hoegeng pun bertindak untuk mengusir mereka kembali ke perairan.
"Oleh sebab itu, pada saat kapal mereka masuk ke wilayah Indonesia, Hoegeng pun segera menggusah (mengusirnya)-nya kembali ke lautan bebas," ujar Hoegeng.
Baca juga: Kisah Kesederhanaan Hoegeng, Menolak Pengawalan dan Mobil Dinas
"Hoegeng mengantar mereka sampai ke luar perbatasan Indonesia agar bisa menuju negara lain. Apakah itu berarti Hoegeng anti-China?" tanya Hoegeng kepada Soekarno.
Mendengar penjelasan Hoegeng, Soekarno pun yakin bahwa Hoegeng tidak anti-China.
Dia pun keluar dari Istana Kepresidenan dengan hati lapang. Bahkan, ia pun tak membenci Oei Tjoe Tat atas laporannya yang salah kaprah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.