Saat itu, Soetjipto menjabat sebagai Kapolri sekaligus Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Pangak).
Ketika ditanya langsung oleh Presiden, Hoegeng terkejut lantas bertanya,"Siapa yang bilang?"
Presiden Soekarno lantas menyebut satu nama. Hoegeng lalu minta agar dirinya dikonfrontasi dengan orang tersebut.
Baca juga: Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur yang Disebut Gus Dur dalam Humornya
Presiden setuju dan menjadwalkan pertemuan dengan orang yang bersangkutan untuk mengkonfrontasi tuduhan itu.
Saat dikonfrontasi dengan orang tersebut, Hoegeng tidak lupa membawa buku besar yang menjadi catatan hariannya.
Di hadapan Presiden, Hoegeng membenarkan bahwa dirinya memang didatangi oleh yang bersangkutan di kantor dan di rumahnya.
Secara rinci Hoegeng menyebutkan tanggal dan pertemuannya, serta isi detail pembicaraannya.
Hoegeng juga membeberkan jawabannya setelah diajak yang bersangkutan untuk menggulingkan Menteri/Pangak Jenderal Pol Soetjipto.
Baca juga: Gubernur Ganjar Usulkan Jenderal Hoegeng Jadi Pahlawan Nasional
"Dalam pertemuan itu, Hoegeng memang diajak untuk ikut menggulingkan Menpagak. Namun, di catatan buku itu, Hoegeng menyatakan tak bersedia ikut mendongkel Menteri/Pangak. Selama Pak Tjipto adalah atasan Hoegeng, Hoegeng tidak mau mendongkelnya. Apapun alasannya," tegas Hoegeng.
"Jadi jangan memutarbalikkan fakta begitu Mas, Wong sampeyan sendiri yang mengajak untuk mendongkel Pak Tjipto, mengapa Hoegeng yang kemudian dituduh ?" jelas Hoegeng sambil membacakan dan menunjukkan catatan Kepada Presiden dan orang yang bersangkutan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan