"Padahal, konidisinya tidak seperti itu, kita harus menerima fakta bahwa virus ini masih ada di sekitar kita," ucap Brian Sriphastuti.
Diminta perbaiki
Menanggapi hal itu, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menyarankan pemerintah segera memperbaiki kesalahan penggunaan diksi new normal dan cara berkomunikasi dengan masyarakat pada masa pandemi Covid-19.
"Kalau memang sudah mengakui salah ya kemudian apa yang harus dilakukan, perbaiki," kata Pandu kepada Kompas.com, Senin (13/7/2020).
Baca juga: Komisi VIII: Banyak Masyarakat Salah Paham soal New Normal
Menurut Pandu, kekurangan pemerintah bukan hanya dalam menyusun diksi terkait new normal, melainkan juga menjalin komunikasi dengan masyarakat.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar dilakukan perbaikan komunikasi terkait risiko Covid-19 serta penting memperbaiki cara penyebaran informasi risiko dan berbagai macam pencegahannya.
"Diperbaiki dengan tadi meningkatkan komunikasi untuk perubahan perilaku pada penduduk," ujarnya.
Pandu juga meminta pemerintah terus memberikan edukasi pada masyarakat terkait pentingnya menjaga jarak, menggunakan masker, serta mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir.
Edukasi tersebut pun harus dilakukan dengan melibatkan tokoh yang berpengaruh di masyarakat.
"Apakah tokoh agama, atau tokoh masyarakat lain, dari semua elemen masyarakat," imbuhnya.
Baca juga: Diksi New Normal Salah, Ahli: Berdampak pada Masyarakat, Kasus Tidak Turun-turun
Ia pun menyarankan pemerintah untuk menggunakan istilah yang lebih obyektif dan jelas mengenai apa saja yang harus dilakukan masyarakat demi mencegah penularan Covid-19.
Pandu kemudian memberi contoh salah satu narasi yang mudah dipahami masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19, yakni "Tiga M".
"Tiga M" adalah memakai makser, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir.
"Tadi kan dibilang masyarakat harus 'Tiga M', sudah jelas kan. (Kalau) adaptasi kebiasaan baru, nanti apa sih adaptasi? Kebiasaan barunya apa? Masih panjang lagi kan. Jadi to the point saja," ucap Pandu.
Dampak salah diksi "new normal"
Pandu Riono menjelaskan, penggunaan diksi yang salah pada masa pandemi Covid-19 ini bisa memengaruhi tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalani protokol kesehatan.
Masyarakat, menurut dia, tidak mengerti apa yang disampaikan pemerintah.
Baca juga: Kerap Diucapkan Jokowi, Frasa New Normal Kini Direvisi Pemerintah...
Alhasil, penerapan protokol kesehatan tak maksimal yang berakibat pada angka penularan yang tetap tinggi.