JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menelusuri informasi terkait sejumlah kebobrokan di Rutan Salemba yang diungkap aktivis Papua, Surya Anta.
"Kami sedang melakukan penelusuran terhadap info tersebut," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Rika Aprianti kepada Kompas.com, Senin (13/7/2020).
Rika menuturkan, Ditjen Pemasyarakatan berkomitmen untuk memberi layanan pembinaan yang terbaik bagi seluruh penghuni rutan, baik bagi narapidana maupun tahanan.
Baca juga: Cerita Surya Anta di Penjara: Dipalak Hingga Bebas Jual Beli Sabu...
Ditjen Pemasyarakatan, kata Rika, juga telah bersikap tegas terhadap praktik pungutan liar dan peredaran narkoba yang terjadi di balik tembok penjara.
"Memberantas pungli dan peredaran narkoba, kami sangat tegas terkait itu, bisa dilihat bahwa tindakan tegas kepada oknum baik warga binaan maupun narapidana yang terlibat pada pelanggaran-pelanggaran tersebut," ujar Rika.
Rika mengakui, overcapacity atau kapasitas yang berlebih masih menjadi salah satu masalah utama di sektor pemasyarakatan.
Ia mengungkapkan, penghuni Rutan Salemba saat ini berjumlah 3.249 orang dari kapasitas yang harusnya hanya untuk 1.500 orang.
Baca juga: Istri Surya Anta Pastikan Suaminya Ditahan di Ruang Isolasi Mako Brimob
Sementara, jumlah petugas penjaga dalam satu regu hanya terdiri dari 21-23 orang.
"Memang overcrowding itu menjadi salah satu masalah yang harus dipecahkan karena menimbulkan berbagai masalah," kata Rika.
Diberitakan sebelumnya, aktivis Papua Surya Anta mengungkapkan pengalamannya menghuni Rutan Salemba, tempat ia ditahan saat terlibat kasus dugaan makar.
Dalam cerita yang ia beberkan melalui akun Twitter miliknya @Suryaanta, Minggu (12/7/2020) kemarin, Surya mengungkap sejumlah masalah yang terjadi di dalam penjara.
Baca juga: Ketika Surya Anta Ginting Mengaku Sakit dan Ingin Dipindah ke Rutan Polda Metro Jaya...
Beberapa masalah yang ia beberkan antara lain pemalakan dan kekerasan sesama tahanan, jual-beli narkoba, overkapasitas, hingga praktik pungutan liar.
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Surya Anta membenarkan bahwa unggahan yang di Twitter dia tulis berdasarkan pengalamannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.