Bambang menjelaskan, GISAID merupakan bank data influenza di dunia. Tugas mereka, yakni mengumpulkan semua virus flu.
GISAID juga melakukan penelitian terhadap virus penyebab Covid-19.
"Dalam hal ini, virus Covid-19 yang sudah dilakukan namanya whole genome sequencing. Istilahnya virusnya sudah bisa dibaca karakternya dan mereka kemudian lakukan klasifikasi," ungkap Bambang.
Baca juga: Kemenristek: Butuh Rp 26,4 Triliun Produksi Massal Vaksin Corona
Dalam pengklasifikasian itu, GISAID membagi ke dalam tiga kategori pokok, yakni klasifikasi S, G dan V.
"Kemudian (jenis virus) yang lain masih dianggap others (belum dikenali) dan ternyata tiga yang Indonesia kirim dari Eijkman, ketiganya masuk others, tidak masuk yang S, G, maupun V," ungkap Bambang.
Bambang menjelaskan, saat ini LBM Eijkman telah memimpin riset di sektor vaksin untuk transmisi lokal dalam Konsorsium Riset dan Inovasi tentang Covid-19 yang didanai oleh Kemenristek/BRIN.
Berdasarkan perkembangan terakhir, LBM Eijkman sudah menemukan tambahan jenis virus dari yang semula tiga strain menjadi tujuh strain.
Baca juga: Pemerintah: Vaksin Covid-19 Belum Ditemukan, Kehidupan Belum Normal Seperti Dulu
Meski demikian, tiga strain dari Indonesia tadi tetap masuk kategori others dalam GISAID.
"Jadi ternyata virus yang dari Indonesia masih dikenali dulu karakternya. Kenapa ini penting? Karena kalau kita buat vaksin, vaksin itu harus bisa menjawab transmisi lokal yang ada di Indonesia," jelas Bambang.
Ia lantas memperediksi akhir tahun ini bibit vaksin atau vaccine seed khusus untuk strain coronavirus di Indonesia sudah tersedia.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan