Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: Tidak Benar Tenaga Kerja Asing Akan Menjajah Kita

Kompas.com - 03/07/2020, 22:19 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan membantah anggapan masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia untuk mengambil alih pekerjaan tenaga kerja dalam negeri.

"Jadi tidak benar pendapat yang mengatakan TKA (Tenaga Kerja Asing) akan menjajah kita, tidak seperti itu. Tidak ada pikiran seperti itu sama sekali," kata Luhut, dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet, Jumat (3/7/2020).

Baca juga: TKA China Gelombang Kedua Tiba Akhir Juni di Kendari

Luhut mengatakan, masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia untuk mengerjakan pekerjaan yang belum bisa dilakukan tenaga kerja lokal, seperti yang terjadi di Morowali, Sulawesi Selatan.

Menurut dia, tenaga kerja asing yang bekerja di Morowali, merakit mesin-mesin yang belum bisa dikerjakan tenaga kerja lokal.

Luhut menambahkan, nantinya akan ada transfer teknologi dari pekerja asing kepada pekerja lokal.

Baca juga: Menaker Tegaskan TKA China Hanya Isi Jabatan Tertentu di Indonesia

Hal itu akan diwujudkan dengan membangun politeknik di daerah industri tersebut. Pembangunannya tengah dibicarakan dengan kepala daerah setempat.

“Seperti di Morowali dan daerah lainnya, tenaga kerja asing itu mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dikerjakan oleh tenaga kerja lokal. Secara bertahap mereka akan bangun Politenik, kita sudah bicarakan dengan gubernur dan bupati," kata Luhut.

"Tenaga kerja lokal terus dilibatkan sehingga ada transfer pengetahuan. Ini menyiapkan Indonesia untuk melakukan leapfrog (lompatan) dalam industri ini,” lanjut Luhut.

Baca juga: Buruh Minta Pemerintah Pulangkan TKA China, Mengapa?

Sebelumnya diberitakan, TKA asal China untuk gelombang kedua diperkirakan akan tiba di Kendari pada akhir Juni 2020.

Sementara, sebanyak 156 TKA asal China sudah tiba lebih dahulu di Bandara Haluoleo Kendari pada Selasa (23/6/2020).

Mereka merupakan gelombang pertama dari 500 TKA asal China yang akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Internasional (VDNI) dan PT OSS yang berada di kawasan industri Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyatakan, TKA asal China yang didatangkan merupakan tenaga ahli yang tugasnya tidak dapat dikerjakan oleh tenaga kerja lokal.

"Sekali lagi ini pada jabatan-jabatan tertentu yang memang tidak bisa atau belum bisa dilakukan tenaga kerja kita," kata Ida saat ditemui di Jakarta, Jumat (26/6/2020).

Baca juga: Menaker: Pada Prinsipnya TKA China Diizinkan Garap Proyek Strategis Nasional

 

Kendati demikian, Ida memastikan bahwa selama TKA China ini bekerja di Tanah Air harus didampingi oleh tenaga kerja lokal.

Tujuannya, agar tenaga kerja lokal pendamping tersebut memahami penggunaan teknologi yang didatangkan dari China.

"Ada proses, dan kita mengharuskan ada tenaga kerja lokal yang mendampinginya. Harus ada transfer of knowledge. Setelah mereka kembali ke negaranya, pekerjaan sepenuhnya akan dikerjakan oleh tenaga kerja kita," jelasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com