Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr Leonard Chrysostomos Epafras, SSi, MTh
Dosen

Dosen Kajian Antar-Agama, Inter-Religious Studies, Digital and Humanities Pendidikan | Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana | https://www.ukdw.ac.id/leonard-chrysostomos-epafras/

"Virus" Hoakstivisme, Hati-hati Terpeleset Jadi Hoakstivis

Kompas.com - 29/06/2020, 18:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Leonard Chrysostomos Epafras*

DI MASA kini, virus corona ibarat kotak pandora. Ia yang tadinya hanya fakta medis, ketika tutup kotaknya tersingkap seketika menjadi pandemi. Tak hanya merontokkan imunitas manusia, tapi juga akal sehat.

Di era digital, virus menjangkit, menjangkit pula virus hoaks, rasisme, ujaran kebencian, teori konspirasi, dan ekstremisme agama, yang dibagikan di media sosial. Virus corona merebak, hoaks bergerak.

Meningkatnya pelintiran pesan (hoaks) selama pandemi membuat lembaga-lembaga semacam Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), Kemenkominfo, dan lembaga-lembaca cek fakta lainnya harus berjerih lelah meluruskannya. Kemenkominfo mencatat 633 hoaks sepanjang April hingga awal Mei 2020.

Wow, itu berarti dari sekian banyak pesan yang kita konsumsi tiap hari ada 21 hoaks berseliweran, hampir tiap jam terselip satu hoaks di media sosial kita.

Banyak pesan-pesan itu bukan saja lancung tapi berniat memecah belah pembacanya, menimbulkan kebencian antarkelompok sosial. Tengoklah salah satu yang ditangani Mafindo, “Mereka Sudah Mempersiapkan Senjata Tuk Membantai Pribumi” yang sengaja menyudutkan etnik tertentu.

Baca juga: Sebar Hoaks Pasien Positif Covid-19, Pria Ini Ditangkap

 

Kerusakan yang ditimbulkan pesan semacam ini bertambah parah jika hoaks berjubahkan teori konspirasi.

Ia bergeser dari sekadar salah tangkap pesan (misinformasi) menjadi pelintiran (disinformasi) atau bahkan menjadi fakta “alternatif” yang diniatkan untuk memobilisasi sentimen sosial (malinformasi).

Kalau ini yang menjadi konsumsi harian, gizi pola pikir kita, dunia macam apa menanti di depan?

Kita gagal paham mengapa hoaks tetap diproduksi. Banyak yang mengira, ah itu hanya dikonsumsi orang-orang dangkalan. Orang-orang yang pikirannya lelet.

Penelitian kami terhadap 114 dosen dan mahasiswa dari 33 perguruan tinggi di Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa dunia akademik pun tak lolos dari muslihat ini.

Sebanyak 46 persen menganggap dunia akademik tak beda jauh dengan masyarakat umum dalam kaitan dengan produksi dan konsumsi hoaks.

Kemudian, 13 persen dari mereka bahkan “menenggang” bahwa hoaks boleh saja diproduksi tergantung tujuannya (lihat laporan penelitian di tautan https://www.academia.edu/38441970/Beyond_Signal_and_Noise_Academics_Goes_Hoax_and_Hoaxtivism).

Pesan pelintiran dan berita lancung bukan hal baru dalam sejarah manusia. Semenjak manusia belajar berkomunikasi satu dengan lainnya, kapasitas menyerap pesan orang lain senantiasa mengandung benih keragaman interpretasi dan ambiguitas makna.

Jika pesan itu dilanjutkan kepada pihak lain, tak pelak berpotensi meleset dari makna semula. Itulah kenyataan kemanusiaan dan bagian dari kenyataan hidup sosial.

Tak ada pesan diterima sempurna dan diteruskan tanpa intinya tercecer atau teralihkan. Jika ceceran dan alihan pesan itu adalah hoaks, maka terimalah bahwa hoaks adalah salah satu genre komunikasi.

Tapi ini bukan saja soal pola komunikasi, hoaks juga mengejawantahkan sikap terhadap sang liyan, ketakutan akan perbedaan, imajinasi sosial yang monolitik, dan kerinduan akan otoritas yang kuat.

Baca juga: Gugus Tugas Sebut Terdapat 137.829 Hoaks terkait Virus Corona

Hoaks masa kini adalah efek teknologi digital dan logika media sosial. Tak peduli pesan itu adalah kebenaran atau muslihat semuanya dikemas dalam instrumen digital.

Sulit untuk tabbayun di luar sistem ini. Sedangkan logika digital memuliakan tontonan, sensasionalisme, dan viralitas.

Dalam hal ini hoaks bukan semata informasi lancung melainkan menjadi hoakstivisme, aktivisme yang sadar tak sadar memproduksi, mengonsumsi, dan menebar hoaks. Semua orang rentan untuk terpeleset menjadi hoakstivis

Alih-alih menciptakan keterbukaan, dunia digital saat ini mendorong pembentukan sekat-sekat maya, khususnya di antara kelompok yang berpikiran sejenis (homofilial).

Ia menciptakan ruang gema (echo chamber) di mana orang hanya mendengar dan meneguhkan apa yang sudah ia percaya.

Apalagi si penyebar adalah tokoh dan panutan kita. Masak sih kita tidak percaya padanya? Tapi inilah lahan subur hoakstivisme.

Bentuk mutan hoakstivisme adalah politik informasi. Ia sudah menjadi kenyataan politik, khususnya ketika terjadi pemilu sebab terbukti efektivitasnya. Pemilu mana di dunia ini yang tak melibatkan hoaks?

Salah satu tekniknya adalah firehose of falsehood. Muslihat yang terus menerus disemburkan ke publik akan perlahan menjadi tekanan yang menggoyahkan iman seseorang lalu menerimanya sebagai “kebenaran.”

Tak hanya itu. Kebenaran yang dirangkul menjadi energi bagi mobilisasi sosial. Kita lihat buktinya sejak pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 2016 hingga saat masa pandemi ini.

Harapannya tinggal pada kemauan kita membebaskan diri dari sihir ruang gema. Kita perlu mengakui dan merengkuh kerentanan kita terhadap kecenderungan hoakstivisme ini sambil membangun budaya kritis.

Syukurlah, di masa pandemi corona, virus hoakstivisme bukanlah satu-satunya kenyataan. Virus pengharapan juga merebak lintas kelompok dan lintas keyakinan.

Orang merasakan demokratisasi nasib dan bersedia keluar dari kenyamanan kelompoknya sendiri dan saling membantu. Semoga itu menjadi pemulih mala digital yang dihasilkan oleh hoakstivisme. (Leonard Chrysostomos Epafras, Pengajar di Universitas Kristen Duta Wacana)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Anies Usai Prabowo Berkelakar soal Senyuman Berat dalam Pidato sebagai Presiden Terpilih

Respons Anies Usai Prabowo Berkelakar soal Senyuman Berat dalam Pidato sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Usai Puja-puji Pers, Prabowo Tiadakan Sesi Tanya Jawab Wartawan

Usai Puja-puji Pers, Prabowo Tiadakan Sesi Tanya Jawab Wartawan

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Kekayaan Prabowo Capai Rp 2 Triliun

Jadi Presiden Terpilih, Kekayaan Prabowo Capai Rp 2 Triliun

Nasional
Soal Target Penurunan Stunting Jadi 14 Persen, Jokowi: Saya Hitung Ternyata Tidak Mudah

Soal Target Penurunan Stunting Jadi 14 Persen, Jokowi: Saya Hitung Ternyata Tidak Mudah

Nasional
Resmi Jadi Wapres Terpilih Pilpres 2024, Gibran Punya Harta Rp 25,5 M

Resmi Jadi Wapres Terpilih Pilpres 2024, Gibran Punya Harta Rp 25,5 M

Nasional
Momen Anies Baswedan Pamitan dengan Satgas Pengamanan yang Mengawalnya Selama Pilpres...

Momen Anies Baswedan Pamitan dengan Satgas Pengamanan yang Mengawalnya Selama Pilpres...

Nasional
Titiek Soeharto Tersipu Saat Ditanya Kemungkinan Dampingi Prabowo

Titiek Soeharto Tersipu Saat Ditanya Kemungkinan Dampingi Prabowo

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Terima Kasih ke Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Terima Kasih ke Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud

Nasional
Ceritakan Pengalaman Kunjungi Berbagai RSUD, Jokowi: Alatnya Puluhan Miliar, tapi Ruangannya Payah...

Ceritakan Pengalaman Kunjungi Berbagai RSUD, Jokowi: Alatnya Puluhan Miliar, tapi Ruangannya Payah...

Nasional
DPP PKB Gelar Karpet Merah Menyusul Kabar Rencana Kedatangan Prabowo

DPP PKB Gelar Karpet Merah Menyusul Kabar Rencana Kedatangan Prabowo

Nasional
Momen Prabowo Guncangkan Badan Anies Sambil Tertawa Usai Jadi Presiden Terpilih

Momen Prabowo Guncangkan Badan Anies Sambil Tertawa Usai Jadi Presiden Terpilih

Nasional
Prabowo: Saya Akan Berjuang untuk Seluruh Rakyat, Termasuk yang Tidak Memilih Saya

Prabowo: Saya Akan Berjuang untuk Seluruh Rakyat, Termasuk yang Tidak Memilih Saya

Nasional
PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU

Nasional
Singgung Debat Capres yang Panas, Prabowo: Kita Tetap Satu Keluarga Besar

Singgung Debat Capres yang Panas, Prabowo: Kita Tetap Satu Keluarga Besar

Nasional
Sapa Anies-Muhaimin, Prabowo: Saya Pernah di Posisi Anda, Senyuman Anda Berat Sekali

Sapa Anies-Muhaimin, Prabowo: Saya Pernah di Posisi Anda, Senyuman Anda Berat Sekali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com