Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Memprediksi "New Normal" yang Sesungguhnya

Kompas.com - 26/06/2020, 20:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat

TAK TERASA pandemi Covid-19 di Indonesia telah memasuki bulan ke-5 sejak kasus pertama diumumkan pada Senin, 2 Maret 2020. Pandemi telah mengubah kehidupan masyarakat dari berbagai tingkatan.

Kebiasaan terdahulu dipaksa berubah oleh keadaan. Protokol kesehatan harus dipatuhi untuk memutus rantai penularan.

Ada tiga hal yang selalu jadi pedoman: gunakan masker, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak, seraya sebisa mungkin menghindari kerumunan orang.

Berbagai lembaga riset pun melakukan berbagai penelitian terkait kebiasaan manusia yang berubah selama pandemi dan kemungkinan berlanjut seandainya pandemi telah berlalu.

Istilah new normal pun mendadak menjadi populer. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah tweet terbanyak di dunia mengenai new normal yaitu 86.569 tweet jauh mengalahkan Amerika Serikat dengan 11.073 tweet.

Di bawahnya masih ada Inggris, India, Kenya, Filipina, Malaysia, Thailand, Australia, dan Kanada (Kompas.com, 3 Juni 2020).

Prediksi

Sebuah lembaga konsultan dan riset Inventure di Indonesia merilis 100 (seratus) prediksi new normal, kehidupan setelah Covid-19. Prediksi tersebut dibagi ke dalam sepuluh kategori, yaitu:

  1. kehidupan keluarga
  2. kehidupan urban dan kota
  3. kehidupan sosial dan religius
  4. kehidupan digital dan privasi
  5. belanja dan konsumsi
  6. kehidupan pekerja dan profesional
  7. pembelajaran dan sekolah
  8. leisure dan perjalanan
  9. hiburan
  10. bandara dan penerbangan.

Menarik untuk disimak, walaupun prediksi tersebut masih sangat mungkin meleset dan tidak semua akan jadi kenyataan. Wajar, namanya juga sebuah prediksi.

Tim peneliti Jurusan Manajemen FEB Untar pun melakukan survei terkait dengan perubahan perilaku di era pandemi (Hetty Karunia Tunjungsari, 2020).

Survei dengan 242 responden berasal dari berbagai daerah di Indonesia kecuali Papua, Nusa Tenggara dan Maluku tersebut, dilakukan pada pertengahan Mei hingga awal Juni 2020 berhasil merekam perilaku selama pandemi dan kemungkinan kebiasaan yang akan terus berlanjut.

Perubahan yang nyata terjadi adalah frekuensi penggunaan mobile payment, pola bekerja, pola belajar dan pola berbelanja.

Terjadi peningkatan frekuensi penggunaan mobile payment. Sebelum pandemi, 60,4 persen responden rutin menggunakannya. Pada saat pandemi meningkat menjadi 72,7 persen.

Responden juga "dipaksa" mengubah pola bekerja dan belajar menjadi work from home (WFH) dan home learning.

Pada pola berbelanja, mayoritas responden melakukan aktivitas secara daring. Adapun produk yang paling sering dibeli secara daring adalah biskuit, makanan olahan di restoran, minuman ringan, perlengkapan rumah tangga, perawatan kulit, dan produk perawatan badan.

Ketika responden ditanyakan apakah kebiasaan tersebut akan tetap dilanjutkan setelah pandemi berakhir, jawabannya beragam. Bisa lanjut atau kembali ke kebiasaan lama.

Jika dirangkum kebiasaan yang akan dilanjutkan berdasarkan pengakuan mereka adalah: menggunakan masker, menghindari kerumunan, selalu menjaga kebersihan dengan intens mencuci tangan, mengikuti webinar, dan konsultasi kesehatan daring sebelum pergi ke dokter.

Bagaimana dengan kebiasaan yang lain? Ternyata lebih dari separuh responden berkecenderungan untuk kembali melakukan kebiasaan lama, sebagaimana dilakukan sebelum pandemi terjadi.

Mereka tetap ingin menikmati makan di restoran, belanja di toko, belajar di sekolah, bekerja di kantor dan menikmati layanan jasa secara langsung.

Hasil survei ini walaupun masih terbatas ruang lingkupnya tetapi telah memberikan gambaran umum tentang apakah berbagai prediksi new normal setelah pandemi akan menjadi kenyataan.

Kondisi sekarang

Sementara setelah PSBB di berbagai kota dilonggarkan, kita bisa melihat betapa masyarakat telah menjalankan berbagai aktivitas sebagaimana biasa, namun tetap berupaya menerapkan "protokol kesehatan" sebagai sebuah norma baru.

Pasar tradisional ramai, angkutan umum padat, jalan mulai macet, kerumunan orang di berbagai pusat kota dan sebagainya.

Ketika keramaian telah terjadi di mana-mana, kita juga bisa melihat bagaimana dengan "nasib" penerapan protokol kesehatan.

Tiga kebiasaan yang mesti dijalankan selama new normal, yaitu menggunakan masker, selalu cuci tangan, dan jaga jarak sembari hindari kerumunan, bisa jadi "terlupakan".

Banyak pihak mengemukakan satu-satunya cara untuk memutus rantai penularan virus Covid-19 adalah dengan penemuan obat dan vaksin.

Harian Kompas edisi 10 Juni 2020 telah mewartakan kabar gembira berdasarkan keterangan dari Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan anggota peneliti vaksin Covid-19 di lembaga tersebut, Herawati Supolo Sudoyo, bahwa vaksin buatan Indonesia diperkirakan dapat diproduksi pada Februari 2021.

Pada Oktober 2020 vaksin tersebut baru akan menjalani uji klinis. Selanjutnya jika berjalan lancar, akan diproduksi secara massal oleh Biofarma dan dipasarkan dengan harga terjangkau pada Februari 2021.

Berarti masih sekitar tujuh bulan lagi masyarakat kita harus tetap menjalankan protokuler kesehatan dengan disiplin dan berharap bahwa vaksin tersebut benar-benar efektif memutus rantai penularan.

Bagaimana kebiasaan masyarakat setelah penemuan vaksin tentu akan menjadi menarik lagi karena akan menjawab sekian banyak prediksi.

Bagi pebisnis, sepertinya harus berhati-hati menyikapi situasi yang terjadi sekarang. Paling tidak sampai dengan akhir tahun 2020 protokol kesehatan harus tetap dijalankan dan mengadaptasi bisnis dengan kebiasaan konsumen saat ini.

Kebiasaan konsumen yang terjadi masa ini, belum tentu akan berlanjut jika pandemi telah terkendali dan berakhir.

Kebiasaan yang berlanjut setelah pandemi ini berakhir, itulah hakikat "kenormalan baru" yang sesungguhnya.

Bukan sesaat ketika masa pandemi berlangsung, setelah itu seolah lupa dan kembali ke kebiasaan lama.

Franky Selamat
Dosen Tetap Program Studi Sarjana Manajemen Bisnis FEB UNTAR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com