"Hampir pasti lahan gambut terbakar akan menimbulkan asap pekat. Dampak asap pekat ini menimbulkan ancaman kesehatan bagi masyarakat, terutama mereka yang memiliki penyakit asma atau ISPA. Dampaknya berbahaya bagi mereka yang asma apabila terpapar Covid," kata Doni usai rapat dengan Presiden Jokowi.
Doni pun berharap semua daerah semaksimal mungkin mengantisipasi kebakaran, khususnya di lahan gambut. Sehingga kerja sama komponen daerah sangat penting.
"Kita hindari asap agar kita selamat dari bahaya Covid-19," kata Doni yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini.
Baca juga: Pandemi Covid-19, Penanganan Karhutla Wajib Ikuti Protokol Kesehatan
Ia menginstruksikan jajarannya untuk mengantisipasi munculnya karhutla sedini mungkin sebagaimana arahan Presiden Jokowi.
Ia meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah yang menjadi langganan Karhutla lebih sigap dalam mencegah bencana tersebut.
"Penekanan yang mungkin pelru disampaikan BNPB dan juga selaku Gugus Tugas, adalah kerja keras. Kerja sama seluruh komponen masyarakat di setiap daerah yang setiap tahun mengalami Karhutla yang cukup besar terutama di lahan gambut," lanjut dia.
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menyatakan, Indonesia sudah melewati fase kritis karhutla pertama di wilayah yang banyak titik apinya pada Maret hingga April.
Saat ini, Indonesia memasuki fase kritis kedua yang dimulai pada Juni hingga September.
"Fase pertama di bulan Maret-April, fase keduanya masuk bulan Juni, Juli, dan seterusnya yang nanti puncaknya bulan September atau Agustus akhir," ujar dia.
Baca juga: Darurat Karhutla Intai Sumsel, 1.721 Hotspot Mulai Bermunculan
Untuk mengantisipasi karhutla di fase krisis kedua ini, Siti mengatakan, bakal mengulang modifikasi cuaca yang dilakukan pada fase krisis pertama.
Modifikasi cuaca itu akan melibatkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan TNI AU.
Modifikasi cuaca nantinya berupaya menurunkan hujan di wilayah gambut agar lahan tetap basah dan terhindar dari potensi terbakar.
"Jadi, awannya direkayasa, diinduksi sehingga awannya punya banyak air sehingga jatuh jadi hujan dan itu bisa berpengaruh dan itu akhirnya membasahi gambut," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.