Sudah sedemikian bodohkah bangsa ini sehingga untuk membuat baju hazmat sendiri saja kita tidak mampu?
Pada 3 April 2020 akhirnya kami menginisiasi untuk menjajaki kemungkinan memproduksi baju hazmat di negeri sendiri.
Rapat melalui sarana Zoom Meeting kami lakukan dari markas besar dari kantor BNPB.
Peserta rapat antara lain perwakilan dari Kementerian Perindustrian, perwakilan WHO di Indonesia, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ketua APSyFI, Ketua INWA serta beberapa tokoh lain yang ahli di bidangnya masing-masing.
Hasilnya ternyata positif. Pihak-pihak yang terkait menyatakan sanggup untuk memproduksi APD sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Satu hal yang mengharukan semua yang terlibat merasa terpanggil dengan situasi pandemi yang terjadi saat ini.
Sebagai langkah awal, protipe APD buatan sendiri dicoba diproduksi oleh beberapa pabrik tekstil yang ada di Bandung, Solo, serta Ungaran. Tak sampai sepekan prototipe hazmat pun sudah selesai dikerjakan.
Namun, barang ini tidak serta merta bisa langsung digunakan dan memberikan perlindungan tertinggi karena masih membutuhkan uji standar lagi yang diakui oleh WHO yaitu uji ISO 16604.
Contoh APD pun harus dikirimkan ke New York, AS. Tantangan kembali menghadang. Ternyata untuk mendapatkan pengesahan ISO 16604 dibutuhkan waktu sedikitnya dua bulan.
Kami pun meminta bantuan Kementerian Luar Negeri untuk memerintahkan Konjen RI di New York untuk mengawal proses rekomendasi ini bisa lebih cepat. Namun, lagi-lagi rintangan terjadi.
Contoh hazmat yang pertama dikirim ternyata gagal melewati proses pengujian dengan berbagai alasan. Contoh kedua pun dikirimkan dengan berbagai revisi yang telah dilakukan.
Alhamdulillah, hazmat produksi Indonesia pun bisa lolos uji ISO 16604 dengan waktu sekitar sebulan setelah mendapat kawalan ketat dari Konjen RI di New York.
Pengujian hazmat produk Indonesia pun bukan satu-satunya dilakukan di Amerika Serikat. PT. Sritex Solo juga mengirim contoh produksinya ke Hong Kong dan Singapura untuk diuji.
Begitu pula APSyFI juga mengirim contohnya produknya ke Taiwan. Ternyata seluruh produksi mereka sukses mendapatkan rekomendasi. Baju hazmat yang dihasilkan Indonesia ini bahkan dinilai lebih baik dan hemat.
Dengan menggunakan bahan baku utama polyester woven, hazmat produk anak negeri ini bisa jauh lebih hemat karena selain harganya bisa 50 persen lebih murah, pemakaiannya pun bisa mencapai 10 kali pakai.
Adapun produk impor yang selama ini digunakan sifatnya disposable atau sekali pakai buang, jadi sifatnya menyerupai popok bayi atau pembalut wanita yang hanya bisa sekali pakai.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.