JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono mengatakan, tangkapan layar terkait database anggota kepolisian yang beredar di media sosial adalah berita bohong atau hoaks.
Tangkapan layar tersebut beredar dalam sebuah unggahan mengenai informasi peretasan terhadap database anggota Polri.
“Terkait dengan screenshot database anggota Polri yang tersebar di media sosial, perlu kami sampaikan bahwasanya hal tersebut merupakan kebohongan atau hoaks,” ujar Awi melalui siaran langsung di akun Youtube Tribrata TV, Selasa (16/6/2020).
Baca juga: Polri Pastikan Data Personelnya Tidak Diretas
Awi beralasan, tangkapan layar database anggota yang beredar di media sosial berbeda dengan yang digunakan Polri saat ini.
Polri pun mengklaim, data pada Sistem Informasi Personel Polri (SIPP) yang kini digunakan tidak dibobol.
"Polri sudah memastikan bahwa tidak ada pembobolan data SIPP, karena variabel screenshot yang beredar di media sosial tidak sama dengan SIPP yang digunakan oleh SSDM Polri saat ini," ucap dia.
Baca juga: Selama 2019, Polri Paling Banyak Diadukan ke Komnas HAM
Lebih lanjut, kata Awi, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri sedang menyelidiki pelaku.
“Dittipidsiber Bareskrim Polri masih melakukan pendalaman dan penyelidikan terhadap pelaku serta motif dari penyebar hoaks database SIPP anggota Polri tersebut,” tuturnya.
Diberitakan, informasi mengenai peretasan tersebut diunggah oleh akun @secgron di Twitter. Akun tersebut juga menyebut (mention) akun milik Divisi Humas Polri.
Dalam unggahannya disebutkan, seseorang mengklaim telah berhasil membobol data anggota Polri.
Baca juga: Data Polri: Angka Kriminalitas Menurun pada Mei Dibanding April 2020
Orang tak dikenal yang diduga melakukan peretasan juga disebut dapat mencari hingga mengganti data anggota Polri.
Kemudian, orang tak dikenal tersebut menjual akses kepada aplikasi untuk mengakses dan mengganti data dengan harga 1.200 dollar Amerika Serikat. Apabila dihitung dengan kurs rupiah saat ini, harga tersebut setara Rp 17 juta.
Informasi bug pada aplikasi tersebut juga dijual dan dibanderol dengan harga 2.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 28,46 juta.
Akun @secgron turut menyertakan tangkapan layar data seorang polisi serta iklan penjualan database anggota Polri di sebuah laman.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.