JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Uung Sendana mengatakan, ada hal yang bisa diambil pelajarannya oleh Indonesia terkait aksi unjuk rasa damai yang kemudian dicemari aksi kerusuhan dan penjarahan di Amerika Serikat.
Unjuk rasa tersebut terkait peristiwa tewasnya warga berkulit hitam bernama George Floyd karena lehernya ditindih oleh polisi.
"Jadi dari sini kita juga bisa bercermin bahwa aparat negara hadir itu harus mengikuti SOP (standard operating procedure) dengan benar," kata Uung dalam diskusi online bertajuk "Kerusuhan Rasial di Amerika Serikat: Pelajaran Berharga bagi Indonesia", Kamis (11/6/2020).
Baca juga: Antropolog Jelaskan Asal-usul Rasisme di Indonesia
Menurut Uung, aparat kemananan harus mengedalikan ketertiban di masyarakat dengan menjalani prosedur yang benar.
Sebab, kata dia, jika tidak dilaksanakan sesuai prosedur akan menyebabkan masalah yang lebih besar lagi.
"Karena kalau tidak menyebabkan persoalan yang besat di dalam penanganan keamanan yang ada," ujarnya.
Diketahui, beberapa waktu lalu telah terjadi aksi unjuk rasa damai di Amerika Serikat.
Baca juga: Kemenlu: Tak Ada WNI Terdampak Demonstrasi Terkait George Floyd di AS
Aksi tersebut dipicu oleh peristiwa tewasnya warga kulit hitam bernama George Floyd yang tewas karena lehernya ditindih oleh polisi.
Tindakan polisi tersebut membuat masyarakat marah karena peristiwa tewasnya Floyd kental dengan unsur rasisme.
Warga di berbagai negara juga tidak sedikit yang mengecam kejadian tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.