Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Normal Baru dan Transformasi Abnormalitas

Kompas.com - 01/06/2020, 11:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

***

Istilah normal baru (new normal) lebih untuk menggambarkan tentang situasi berbeda dari sebelumnya. Karena itu, istilah tersebut telah muncul beberapa kali.

Istilah normal baru itu dikenal pascakrisis keuangan 2007-2008 dan setelahnya resesi global hingga 2012. Krisis ekonomi telah memukul kehidupan manusia.

Banyak hal yang hilang dan tidak kembali. Daripada terus-menerus meratapi kehidupan normal yang telah sirna itu, lebih baik “berdamai” dengan situasi baru yang memang sangat sulit itu.

Kita harus menerima situasi yang abnormal sebagai normal baru. Normal baru adalah cara beradaptasi dengan berbagai kesulitan-kesulitan.

Jadi, sebetulnya normal baru bukanlah sesuatu yang asing, karena kita pernah menjalaninya. Pada tahun 2017, publik dunia telah menyesuaikan dengan kehidupan normal baru setelah cara komunikasi dan aktivitas politik yang lebih agresif dan provokatif pascaterpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS pada 2016.

Dunia menjadi gaduh karena Trump begitu reaktif dan konfrontatif bahkan terhadap sekutunya di Eropa Barat sehingga hubungan yang semula adem ayem dan harmonis, sekarang sering naik-turun tensinya.

Maka, suka atau tidak suka, politik global telah beradaptasi dengan situasi normal baru tersebut.

Normal baru adalah ketika kita tidak lagi terheran-heran dengan kegaduhan politik seperti itu. Normal baru dalam kehidupan kita seiring maraknya kegaduhan di arena politik terutama setelah polarisasi ekstrem.

Baca juga: Protokol New Normal, Penjual di Mal Wajib Pakai Masker, Face Shield, dan Sarung Tangan

Maka era normal baru kita adalah memandang lumrah saja orang berkomentar negatif, provokatif, agitatif, saling lapor ke polisi, dan perilaku yang mirip-mirip. Padahal di masa sebelumnya, pra polarisasi politik, kita melihat pertikaian sebagai hal aneh atau abnormal.

Istilah normal baru terdengar kekinian. Dalam sejarah, ada istilah “zaman normal”. Zaman normal mengacu pada “suatu era yang tenang dan tertib” pada zaman kolonial Belanda.

Zaman ini menandakan situasi yang damai pascagejolak. Karena itu, zaman normal terjadi berulang kali.

Ada yang menyebut zaman normal setelah perlawanan Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa antara 1825-1830.

Zaman normal yang mirip dengan normal baru sekarang adalah terjadi pascaresesi dunia (malaise) pada dekade 1930 hingga 1940-an.

Ricklefs (A History of Modern Indonesia Since 1200, 2008) menggambarkan zaman normal itu ketika penduduk disibukkan dengan usaha menyiasati resesi ekonomi, sehingga pergerakan kebangsaan pada periode itu kurang semarak di banding sebelum resesi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com