Yang membuat Didi khawatir adalah cicilan rumah. Nominalnya, kata dia, paling besar di antara semua pengeluaran.
Dengan kondisi saat ini, bapak tiga anak ini mengaku masih bingung dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk membayar tagihan.
Belum lagi, dia harus membayar biaya sekolah anaknya yang sulung dan kedua yang duduk di bangku sekolah dasar (SD).
"Bayaran sekolah anak juga agak berat, bulan ini belum bayar. Yang bikin saya tak paham, mengapa bayaran sekolah harus full, padahal anak-anak belajar di rumah," ujar Didi.
Pada Hari Lebaran, Didi dan istri berupaya menutupi kegundahannya di depan anak-anak.
"Mereka tak perlu tahu," ujarnya.
Bagi Didi, Lebaran tahun ini bakal diingatnya seumur hidup. Itu karena banyak kabar pahit yang dia terima.
Selain gaji yang dipotong, tahun ini juga Lebaran pertama tanpa ayah. Sang ayah meninggal beberapa bulan lalu.
Tahun ini, Didi juga tak bagi-bagi THR untuk keponakan. Selain itu, jatah baju baru anak juga berkurang. Semuanya akibat kondisi yang tak pasti. Didi memilih untuk menyimpan uangnya.
Namun, di balik segala kesedihan itu, Didi masih bersyukur.
"Kami sekeluarga sehat," ujarnya.
Baca juga: Cerita Tenaga Medis Lebaran di Rumah Sakit, Bukan dengan Keluarga...
Warga Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, ini pun masih bisa bertemu ibundanya karena jarak tempat tinggal yang relatif dekat.
"Begitulah, apapun yang terjadi Lebaran memang bikin kita bahagia, meski tak se-happy kalau kondisi normal. Yang paling penting syukuri apapun kondisinya," kata dia.
Dia berharap Idul Fitri tahun depan, dunia sudah kembali normal. Agar umat Islam bisa menikmati Lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.