Keesokan harinya,13 Mei 1998, Ita kembali mendapat laporan kasus pemerkosaan.
Ita bersama rekannya berinisiatif membentuk Tim Relawan Kemanusiaan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan (TRKP) untuk merespons banyaknya laporan.
Menurut Ita, setelah ditotal ada sekitar 53 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi selama kerusuhan Mei 1998.
"Dan itu terjadi di Jakarta, di Palembang satu (kasus), Medan satu (kasus), di Solo dan Surabaya," tuturnya.
Respons Wiranto dan Sintong Panjaitan
Ita mengaku telah membawa kasus kekerasan tersebut ke Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mendapat respons yang cukup baik.
Namun, ia heran mengapa banyak pihak di Indonesia yang justru mengingkari kejadian tersebut.
Salah satunya, terjadi saat ia beserta anggota Komnas Perempuan datang memenuhi undangan Presiden BJ Habibie untuk memberi testimoni di Gedung Bina Graha.
Baca juga: Komnas Perempuan: Tragedi Mei 1998 Harus Jadi Peringatan Penting
Kata Ita, Habibie percaya dengan testimoninya tentang kasus pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998.
Tetapi, Wiranto yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI dan Sintong Panjaitan yang menjabat sebagai Penasihat Militer Habibie, menyebut Ita sebagai pembohong.
"Saya waktu itu menatap mata dua orang jenderal, Sintong Panjaitan dan Pak Wirantp. (Saya) bilang, saya tidak berbohong dan yang melakukan ini adalah anak buah Bapak. Militer," tuturnya.
"Dan saya berani bertanggungjawab untuk pertaruhkan nyawa saya, bertanggungjawab untuk masuk penjara," tandas Ita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.