JAKARTA, KOMPAS.com - Psikolog Keluarga Alissa Wahid mengatakan, keinginan anak usia remaja untuk menikah seringkali disebabkan oleh romantisme perkawinan.
"Ternyata untuk anak-anak muda kenapa mau kawin secepatnya, karena mereka terjebak romantisme perkawinan," kata Alissa dalam media briefing, Rabu (20/5/2020).
Baca juga: KPAI: Dominasi Finansial dan Relasi Kuasa Jadi Penyebab Perkawinan Anak
Menurut Alissa, romantisme itu juga muncul di kalangan remaja dengan lingkungan pendidikan yang baik.
Faktornya, banyak remaja yang mengira perkawinan itu cukup dengan mengandalkan perasaan cinta.
Hal itu terjadi karena remaja belum memiliki pemahaman yang cukup terkait kehidupan perkawinan.
"Makanya dipikirnya, perkawinan sama dengan foto resepsi perkawinan. Dikiranya ya seperti itu, frozen di foto," kata dia.
Baca juga: Kemen PPPA: Angka Perkawinan Anak Pengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
Padahal, kata Alissa, hubungan sebuah pasangan akan langgeng apabila memiliki tiga hal, yakni komitmen, kedekatan emosi, dan gairah.
Ia mengatakan, dalam sebuah hubungan, ada tahap perkembangan yang membawa tantangan berbeda-beda.
Apalagi, jika seseorang belum memahami bagaimana ia menjalani kehidupannya.
"Perkawinan bukan hanya soal menyalurkan hawa nafsu, perkawinan adalah komitmen di hadapan Tuhan, tidak untuk diremehkan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.