Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riuh Rendah Mahasiswa di Gedung DPR/MPR Jelang Mundurnya Soeharto...

Kompas.com - 19/05/2020, 08:18 WIB
Ardito Ramadhan,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

Sebab, mahasiswa tidak puas dengan hasil rapat fraksi-fraksi dan akhirnya menyerukan lewat pengeras suara agar semua pintu gerbang diblokir dan tidak membiarkan satu anggota dewan pun lolos keluar.

Beberapa mobil yang ditumpangi anggota dewan mencoba keluar lewat gerbang belakang. Namun, beberapa mahasiswa sudah menunggu di sana yang meminta mobil dan penumpangnya kembali masuk ke Kompleks Parlemen.

"Reformasi belum selesai Pak, jangan pulang dulu," kata mahasiswa.

Sebuah mobil yang ditumpangi seorang anggota dewan tampak mencoba nekat melaju keluar dari Kompleks Parlemen sebelum akhirnya diminta berputar arah kembali ke dalam gedung.

Baca juga: Sehari Sebelum Soeharto Mundur, Dinamika Ring 1, dan Kegelisahan Kabinet

Mobil itu ditumpangi seorang perempuan anggota dewan yang duduk di jok belakang. Ia tampak menggunakan telepon genggam dan di pangkuannya terdapat beberapa makalah yang dibacanya.

"Aduuuh, tante..." ucap seorang mahasiswa mengomentari anggota dewan di dalam mobil itu.

Solidaritas

Kendati disesaki puluhan ribu mahasiswa, kondisi di Kompleks Parlemen tetap kondusif dan jauh dari aksi-aksi anarkis.

Beberapa mahasiswa terlihat tidur-tiduran di rumpu dengan santai sambil bertelepon.
Sedangkan yang mahasiswi tak lupa mengoleskan lipstiknya di tengah 'pendudukan' Kompleks Parlemen itu.

Para mahasiswa tersebut juga tertib dalam mengambil nasi bungkus sesuai kebutuhan kelompoknya tanpa menunjukkan sikap sangar dan intimidatif.

Baca juga: Saat Mahasiswa Kuasai DPR pada 18 Mei 1998 hingga Dukungan Harmoko...

"Mungkin hanya provokasi yang bisa mengubah massa ini menjadi amuk," tulis Kompas.

Aksi massa tersebut memang disokong oleh bantuan logistik dari masyarakat yang terus mengalir.

Pada tengah hari, ada 35.000 nasi bungkus yang disiapkan dari berbagai posko lembaga swadaya masyarakat untuk dibagikan kepada para mahasiswa melalui perwakilan kelompok mahasiswa.

Sebagian besar nasi bungkus hari itu disediakan sendiri oleh ibu-ibu yang dimasak di beberapa tempat, di antaranya di sebuah rumah di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan dan seluruh bahan bakunya berasal dari masyarakat

Di samping itu, terlihat mobil-mobil mengangkut berdus-dus air mineral dan sesekali terlihat mahasiswa memanggung karung yang tampak berisi beras.

"Soal jumlah nasi bungkus dan air mineral yang didistribusikan tidak jadi masalah. Pasokannya terus mengalir," kata Emir, mahasiswa Universitas Trisakti yang menjadi relawan untuk membagian nasi bungkus dan minuman.

Baca juga: Ruang Tamu Cendana Malam Itu, Sehari Jelang Mundurnya Soeharto...

Selain pasokan logistik, dukungan kesehatan juga mengalir ke Kompleks Parlemen saat itu.

Seratus orang lebih mahasiswa Fakultas Kedokteran UI beserta 30 dokter tersebar di seluruh penjuru halaman Gedung DPR/MPR dengan membawa 15 mobil ambulans.

Aksi massa di Kompleks Parlemen akhirnya berakhir setelah Presiden Soeharto memenuhi tuntutan para mahasiswa yakni mundur dari jabatannya.

Hingga kini pun, setelah 22 tahun Reformasi, belum ada aksi massa yang mampu 'menyulap' Kompleks Parlemen menjadi pasar malam seperti yang terjadi Mei 1998 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com