JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pakar Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Beta Yulianita Gitaharie mengatakan, kesehatan dan ekonomi masyarakat harus tetap berjalan meski di tengah pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, fokus utama saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19 adalah menyelamatkan nyawa dan meminimalisasi angka kematian.
Meski demikian, kegiatan sosial ekonomi masyarakat juga harus tetap berjalan.
"Sehingga menurut saya tidak ada trade off antara kesehatan dan ekonomi masyarakat. Keduanya harus berjalan," ujar Beta dalam konferensi pers di BNPB, Selasa (12/5/2020).
Baca juga: Ketua MPR: Pemulihan Ekonomi Jangan Sampai Ganggu Penanganan Covid-19
Kendati terdapat studi dan prediksi terhadap berakhirnya pandemi Covid-19 di Tanah Air, kata dia, tetapi hal tersebut belum dapat dipastikan.
Terlebih, kemungkinan munculnya gelombang kedua Covid-19 juga membuat prediksi yang dibuat bisa meleset.
Jika diamati, kata dia, pandemi Covid-19 ini membawa pengaruh dan perubahan terhadap kehidupan ekonomi dan masyarakat.
"Ada istilah baru, the new normal, yaitu gaya hidup baru yang semua dilakukan di rumah. Bekerja, sekolah, beribadah dari rumah. Itu semua sesuatu baru yang semua masyarakat alami," kata dia.
Baca juga: Anggota Komisi XI Minta Pemerintah Perbaiki Data Bansos untuk Pulihkan Ekonomi Rakyat
Tujuannya pun jelas, yakni untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Dengan masyarakat melakukan social dan physical distancing serta melakukan aktivitasnya di rumah, kata dia, maka kurva kasus Covid-19 pun bisa berangsur landai.
Salah satu alasan pemerintah menerapkan pembatasan sosial skala besar (PSBB) untuk memutus mata rantai Covid-19 adalah agar perekonomian masyarakat tidak mati.
Kendati hanya penerapan PSBB, faktanya ekonomi masyarakat cukup terpukul keras karena banyak di antara mereka yang kehilangan pekerjaan ataupun usahanya hancur.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Ragukan Skenario Pembukaan Ekonomi Pascapandemi
Mereka yang terdampak terutama yang mengandalkan pendapatan sehari-hari dari sektor informal.
Antara lain para pengusaha mikro kecil menengah (UMKM), pedagang kaki lima (PKL), pengemudi angkutan umum, dan masih banyak lagi.
Ini termasuk juga para karyawan perusahaan yang dirumahkan atau mengalami pemutuskan hubungan kerja (PHK).
"Di sektor usaha ada perusahaan-perusahaan yang menerapkan bekerja dari rumah dengan tetap membayar gaji karyawan. Tipe perusahaan seperti ini, karyawan tak harus terlalu cemas karena sudah ada income security meskipun tak harus ngantor setiap hari tapi pendapatannya tetap diterima," kata dia.
"Tapi tidak semua orang punya keberuntungan sama. Ada perusahaan-perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya bahkan PHK, menutup usahanya karena kesulitan membayar kewajibannya," ucap Beta.
Baca juga: KSSK: Pandemi Covid-19 Berisiko Ganggu Ekonomi dan Sistem Keuangan RI
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.