Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa ABK Indonesia di Kapal Ikan Asing, Diskriminasi hingga Tak Dibiarkan Istirahat

Kompas.com - 11/05/2020, 11:37 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi para anak buah kapal (ABK) dari Indonesia yang berada di kapal ikan asing, terutama asal China, saat ini tengah menjadi sorotan.

Pasalnya, belum lama ini beredar video yang menunjukkan adanya ABK asal Indonesia yang meninggal dunia di kapal China. Jenazahnya kemudian dilarung ke laut.

Setelah video pelarungan jenazah itu viral, diketahui bahwa para ABK asal Indonesia mendapat perlakuan yang tidak semestinya saat bekerja di kapal.

Tidak hanya bekerja tanpa batas waktu, mereka juga mendapat diskriminasi dari ABK negara lainnya, terutama China.

Baca juga: Kematian ABK di Kapal China, Kasus Nyata Perbudakan Modern di Laut

Seperti apa? Berikut paparannya:

Tak ada batas waktu

Salah satu ABK kapal Taiwan yang berlayar di perairan Gabon, Afrika, Irman Ubaidillah mengaku bahwa dirinya tak memiliki batas waktu selama bekerja.

Semakin banyak tangkapan ikan, maka jam kerjanya pun semakin panjang sehingga menyebabkan jam tidur yang minim. Hal tersebut, katanya, sangat tergantung dengan kebijakan kapten kapal.

"Sistem kerja juga lebih dari satu. Selain menangkap, menyortir, dan mengepak (ikan), kadang ada pekerjaan lain seperti jaga kapal, bantu pekerjaan engineering, bersih-bersih kapal dan seterusnya," kata Irman dalam sebuah diskusi online, Minggu (10/5/2020).

Baca juga: Soal ABK WNI di Kapal China: Temuan Menlu dan Investigasi Pemerintah China

Diskriminasi

Irman mengatakan, fisik para ABK Indonesia sangat rentan dimanfaatkan oleh para ABK China sehingga pekerjaannya lebih banyak.

Para ABK China, kata dia, lebih banyak mengatur dan memberi perintah saja, sedangkan yang bekerja adalah ABK Indonesia.

"Jika kami lelet kerja, sudah pasti dapat perlakuan kurang baik. Ditendang, ditempeleng. Itu makanan sehari-hari kami," kata dia.

Baca juga: Kuasa Hukum ABK yang Dieksploitasi di Kapal China: Ini Perbudakan Modern...

Mereka mengaku harus bekerja selama 18 jam per hari, beberapa di antaranya harus bekerja selama dua hari berturut-turut (BBC Korea Selatan) Mereka mengaku harus bekerja selama 18 jam per hari, beberapa di antaranya harus bekerja selama dua hari berturut-turut (BBC Korea Selatan)
Tak hanya itu, persoalan makan juga menjadi masalah. Setiap pagi, katanya, ia hanya bisa makan nasi atau bubur dengan tambahan ikan asin. Itu pun, jika ada.

Siangnya, mereka hanya makan ikan yang sudah lama ditangkap dan bukan ikan segar.

Fasilitas pendukung pekerjaan yang didapatkan pun sangat minim. Dalam satu bulan, ia mengaku hanya mendapat sepatu boots dan sarung tangan plastik.

Termasuk juga kelengkapan P3K jika ada yang sakit atau terluka sangat sulit didapatkan.

"Kadang juga gunakan obat seadanya jika terjadi kecelakaan kayak ketusuk duri ikan dan lainnya hanya dibiarkan saja," kata dia.

Baca juga: Pemerintah Masih Cari Tahu Alasan Kapal China Larung Jenazah ABK Indonesia

Tak dibiarkan istirahat

Hal senada disampaikan Zaenudin, ABK China yang berlayar di perairan Fiji. Ia juga bekerja tidak memiliki jam kerja pasti karena tergantung banyak-sedikitnya tangkapan ikan.

"Biasanya sampai 17 jam. Untuk jam makan bergilir saat kerja. Begitu makan selesai, langsung bergantian dan tidak ada istirahat. Setelah selesai jam istirahat biasanya pukul 09.00 pagi sampai 12.00 siang, lalu bekerja lagi sampai 15.00, istirahat sampai 16.00 dan bekerja lagi," kata dia.

Ia mengatakan, mandor di kapal tidak menyukai apabila ada ABK yang beristirahat.

Jika ada ABK Indonesia yang beristirahat, mereka akan diminta bekerja lagi dan tak segan mendorong atau memukul kepalanya dari belakang apabila bekerja lambat.

Baca juga: Kuasa Hukum Perjuangkan Ganti Rugi ABK yang Dilarung di Laut

Menu makan dan ketersediaan air minum juga sangat kurang. Ia dan ABK Indonesia lainnya bahkan memilih mandi menggunakan air laut tanpa dibilas air tawar agar air tawar tersebut bisa digunakan untuk minum.

Lebih parahnya, ABK Indonesia juga masih tak bisa beristirahat ketika kapal bersandar ke daratan.

"Kalau kapal sandar di pelabuhan, ABK Indonesia disuruh jaga kapal. Kebetulan ada empat orang, di darat dua orang, dua jam suruh jaga. ABK lainnya bebas tugas apalagi orang China," kata dia.

Baca juga: Aturan Perlindungan Awak Kapal Masih Rencana, Terhambat Wabah Pula

Para Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia ketika bekerja di kapal penangkap ikan yang memburu hiu.KFEM via BBC Para Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia ketika bekerja di kapal penangkap ikan yang memburu hiu.

Permasalahan sistem gaji

Persoalan gaji pun tak memadai karena dalam perjanjian ia hanya mendapat gaji 405 dollar AS per bulan dengan sistem pembayaran per tiga bulan.

Gaji tersebut dikirim melalui perusahaan yang menyalurkannya. Uang jaminan dari gajinya dipotong 100 dollar oleh perusahaan selama 8 bulan.

Sementara itu, Wibowo yang memiliki pengalaman ABK selama 10 tahun dan pernah mengikuti program ABK magang di Jepang selama tiga tahun mengatakan, apa yang dikeluhkan ABK semuanya sama.

Baca juga: Kemenaker Sebut Peristiwa Pelarungan ABK Pernah Terjadi Sebelumnya

Utamanya terkait jam kerja, jam tidur, makanan, dan air. Hal tersebut juga terjadi pada ABK yang mengikuti program magang resmi dari pemerintah seperti dirinya.

Usai mengikuti program magang, Wibowo pun menjadi ABK ke Hawaii selama 2 tahun.

Saat itu, yang menjadi keluhannya adalah masalah gaji yang menggunakan sistem delegasi karena bukan terima gaji di atas kapal.

Sistem tersebut mengirim gaji melalui perusahaan penyalur di Indonesia dengan kurs dollar yang tidak sesuai. Hal tersebut dinilainya sangat merugikan ABK.

"Salah job juga banyak. Saya pernah salah job ke Libya di PKL-nya ikan tuna long line, setelah di sana bekerja sebagai illegal logging solar (jual beli minyak tengah laut). Risiko sangat besar, job tidak sesuai," kata dia.

Baca juga: Greenpeace dan SBMI Kritisi Rencana Pemerintah Perketat Aturan ABK

Dari pengalamannya, ia juga mempertanyakan mengapa ABK Indonesia bisa lolos di berbagai negara transit kapal yang disinggahi padahal hanya memakai visa turis.

Mereka yang ingin pulang pun, kata dia, tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan.

Namun saat ini, Wibowo merasa bersyukur bahwa dirinya sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di Taiwan sebagai buruh pabrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com