Tema Hari Buruh 2020, yaitu "Ayo, Bantu Buruh!", bukanlah slogan semata. Ini adalah upaya para buruh dan para serikat pekerja menggelorakan semangat gotong-royong dan saling mendukung para buruh baik yang terkena PHK maupun mereka yang positif atau bekerja di pabrik yang beberapa karyawannya terpapar Covid-19.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk membantu para buruh? Paling tidak ada dua hal yang bisa kita perbuat untuk memberikan dukungan kepada para buruh.
Pertama, teman-teman buruh, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan seluruh pemangku kepentingan terkait harus saling bahu-membahu memberikan semangat, uluran tangan, motivasi kepada rekan-rekan buruh yang sedang tertimpa musibah Covid-19.
Pemerintah juga sepatutnya untuk terus proaktif turun tangan membantu para buruh, tak sekadar mendengar keluhan para buruh tanpa aksi konkret.
Harus diakui, pemerintah sudah berupaya agar para buruh dan pengusaha bisa bertahan. Presiden Joko Widodo, saat mengucapkan Hari Buruh 2020, telah berkomitmen melindungi para buruh agar tetap bekerja dan berpenghasilan sekaligus mempertahankan kemampuan ekonomi perusahaan agar bisa sama-sama bertahan dari dampak wabah.
Akan tetapi, semua itu rasanya akan sia-sia manakala buruh justru tak mampu bertahan dari tekanan mental akibat stigma negatif yang sesungguhnya tak pantas disematkan.
Sudah selayaknya, para tetangga sekitar tidak mengusir rekan-rekan buruh yang positif atau bekerja di pabrik yang karyawannya pernah terpapar Covid-19.
Sebaliknya, bantulah mereka semampunya agar lekas sembuh dan memiliki kepercayaan diri. Ketika seseorang termotivasi dan bersikap positif, daya tahan tubuh mereka akan meningkat.
Dengan memberikan uluran tangan, justru hal ini akan semakin membantu memutus mata rantai penyebaran.
Kepada rekan-rekan buruh, teruslah menjaga kesehatan, dan melaksanakan semua imbauan pemerintah, termasuk menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan tetap bersikap positif.
Jangan pernah mengabaikan sekecil apa pun protokol kesehatan karena kelalaian hanya akan berbuah malapetaka.
Kedua, hentikan seluruh polemik. Polemik berbagai pihak, apa pun motifnya, sudah saatnya dihentikan.
Pernyataan saling menyalahkan atau berbagai provokasi penarikan produk hanya akan membuat buruh terpuruk. Padahal, tidak ada alasan yang kuat untuk melakukan semua itu.
Buruh bukanlah kelompok orang yang bekerja serampangan. Buruh diikat dengan berbagai prosedur dan aturan produksi yang super ketat, bahkan seringkali melebihi standar yang ditetapkan pemerintah dan organisasi resmi lainnya. Demikian pula dengan produk yang dihasilkan.
Di perusahaan-perusahaan di mana RTMM berada, misalnya, proses karantina terhadap produk seringkali sudah dilakukan melampaui standar. Apalagi, menurut ahli virologi, virus Covid-19 tidak bertahan terlalu lama di benda mati.